Wapres Filipina Sara Duterte Dimakzulkan DPR usai Ancam Bunuh Presiden
MANILA, iNews.id - DPR Filipina memakzulkan Wakil Presiden Sara Duterte, Rabu (5/2/2025). Sara dituduh melakukan berbagai kejahatan, termasuk merencanakan pembunuhan Presiden Ferdinand Marcos Jr, korupsi, dan gagal mengecam keras tindakan agresif China terhadap pasukan Filipina di Laut Cina Selatan yang disengketakan.
Dilansir dari AP, pemakzulan ini dilakukan legislator, yang banyak di antaranya sekutu dari Ferdinand Marcos Jr. Langkah ini memperdalam keretakan politik yang melibatkan dua pemimpin tertinggi negara itu.
Sekretaris Jenderal DPR Filipina Reginald Velasco mengatakan, setidaknya ada 215 anggota DPR menandatangani mosi pemakzulan terhadap Sara Duterte. Angka ini jauh lebih banyak dari jumlah yang diperlukan untuk memungkinkan petisi tersebut segera dikirimkan ke Senat, yang akan berfungsi untuk mengadili wakil presiden.
Di antara para penanda tangan mosi pemakzulan tersebut adalah putra presiden Sandro Marcos, dan sepupunya, Ketua DPR Martin Romualdez. Lewat pemakzulan tersebut, Sara Duterte diharapkan dicopot dari jabatannya sebagai wakil presiden dan dilarang memegang jabatan publik.
"Tindakan Duterte selama masa jabatannya jelas menunjukkan ketidaksetiaan besar terhadap kepercayaan publik dan penyalahgunaan kekuasaan yang kejam, yang jika digabungkan, menunjukkan ketidaklayakannya untuk menduduki jabatan publik dan ketidaksetiaannya terhadap hukum dan Konstitusi 1987," kata pengaduan tersebut tentang Sara vDuterte.
Sara Duterte tidak segera mengomentari keputusan DPR untuk memakzulkannya. Namun, saudara laki-lakinya, Paolo Duterte yang juga anggota DPR mengatakan, pemakzulan tersebut merupakan tindakan penganiayaan politik.
"Para anggota parlemen yang bersaing bermanuver untuk segera mengumpulkan tanda tangan dan mendorong kasus pemakzulan yang tidak berdasar ke Senat," katanya.
Diketahui, Sara Duterte sebelumnya dalam konferensi pers secara daring pada tanggal 23 November mengatakan, dirinya telah menyuruh orang untuk membunuh Marcos Jr, Ibu Negara Liza Araneta Marcos, serta Ketua DPR Ferdinand Martin Romualdez, jika dirinya terbunuh. Ancaman yang disampaikannya pada sebuah acara itu memicu respons dari NSC yang segera memerintahkan peningkatan protokol keamanan terhadap Presiden Marcos.
Pernyataan Sara yang videonya juga beredar luas di media sosial tersebut dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional Filipina.
Namun, belakangan Sara mengatakan, pernyataannya soal ancaman akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr diartikan di luar konteks. Dia tidak mengancam Marcos, tetapi menyatakan kekhawatiran akan keselamatannya sendiri.
Sara pun menyampaikan surat permintaan klarifikasi kepada Dewan Keamanan Nasional (NSC) Filipina.
"Saya ingin melihat salinan pemberitahuan rapat ..., daftar peserta, foto rapat, dan notulen rapat yang disahkan oleh notaris di mana Dewan (NSC), baik yang saat ini atau yang sebelumnya, memutuskan untuk mempertimbangkan pernyataan Wakil Presiden terhadap Presiden, yang ditafsirkan secara sengaja di luar konteks yang logis, sebagai masalah keamanan nasional," kata Sara, dalam sebuah suratnya kepada NSC, seperti dilaporkan Manila Times, Senin (25/11/2024).
Sementara dugaan korupsi terhadap Sara muncul, setelah penyelidikan DPR yang berlangsung selama sebulan dan disiarkan di televisi. Dia diduga menyalahgunakan dana rahasia dan intelijen senilai 10,5 juta dolar AS, yang diterima oleh kantor Duterte sebagai wakil presiden dan menteri pendidikan.
Editor: Maria Christina