Armada kapal asal Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman tiba pertama kali di Sunda Kelapa (Jayakarta) pada 13 November 1596 dengan tujuan yang sama, mencari rempah-rempah. Rempah-rempah pada saat itu menjadi komoditas unggulan di Belanda karena berbagai khasiatnya seperti obat, penghangat badan, dan bahan wangi-wangian.
Para pedagang Belanda (yang kemudian tergabung dalam VOC) pada tahun 1610 mendapat sambutan hangat dari Pangeran Jayawikarta atau Wijayakarta, penguasa Jayakarta yang merupakan pengikut Sultan Banten. Mereka membuat perjanjian di mana Belanda diijinkan membangun gudang dan pos dagang yang terbuat dari kayu di sebelah timur muara Sungai Ciliwung.
Melihat potensi pendapatan yang tinggi dari penjualan rempah-rempah di negara asalnya, VOC mengingkari perjanjian. Bangunan gudang yang terbuat dari kayu tersebut dibangun kembali dengan material yang kuat dan mendirikan pos dagang sekaligus benteng di selatan Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1613.
Kemudian pada tahun 1618, Belanda membangun benteng. Benteng ini selain berfungsi sebagai gudang penyimpanan barang, juga digunakan sebagai benteng perlawanan dari pasukan Inggris yang juga berniat untuk menguasai perdagangan di Nusantara. Benteng tersebut dibangun kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.
“Pada tahun 1839 di lokasi ini didirikan Menara Syahbandar (Uitkijk atau outlook post) yang berfungsi sebagai kantor pabean, atau pengumpulan pajak dari barang-barang yang diturunkan di pelabuhan,” ucap Ridwan.
Editor: Rizal Bomantama
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku