Pengurus Tolak Masjid Jami Al-Atiq Dijadikan Cagar Budaya, Ini Alasannya
Terkait pemugaran surau hingga menjadi masjid karena banyaknya warga yang beribadah salat selepas berpergian menggunakan perahu getek (bambu) di Kali Ciliwung. Fahri menceritakan Kali Ciliwung dahulu digunakan sebagai lalu lintas transportasi umum bagi warga Ibu Kota, sehingga selepas bepergian, banyak warga singgah untuk beribadah di Masjid Al-Atiq.
"Karena dulu ada lalu lintas perahu getek, banyak warga singgah untuk Salat di Surau. Karena banyaknya warga yang beribadah, akhirnya warga bersepakat untuk dipugar menjadi masjid seperti sekarang," ujarnya.
Selain menjelaskan sejarah masjid, Fahri pun menunjukkan sejumlah peninggalan bersejarah yang masih bersemayam di Masjid Jami Al-Atiq. Salah satunya adanya kusen di atas mimbar masjid yang terbuat dari kolase kaca.
Konon, menurut Fahri, kusen berornamen kaligrafi tersebut terlalu tua sampai tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan dibangunnya. Namun karena terancam rusak, Fahri menjelaskan pihaknya merenovasi kusen tersebut dengan memasang kaca tambahan guna melindungi dari kerusakan.
Kemudian Fahri pun menunjukkan tongkat peninggalan masjid yang digunakan khatib saat memberikan khutbah salat Jumat. Menurut Fahri, tongkat tersebut pernah dicari oleh sebagian orang lantaran serbuk kayunya dapat dijadikan obat.
Editor: Ainun Najib