Cerita Lina yang Tak Bisa Mudik karena Harus Karantina Mandiri di Jerman
Sampai di Jerman, Lina harus menjalani isolasi mandiri sekitar dua pekan dan dia tetap berpuasa. Puasa di Jerman sampai 18,5 jam karena waktu keluar hingga terbenam matahari di negara itu lebih lama ketimbang Indonesia.
"Yang berat di sini itu puasanya imsak itu jam 3 kurang tapi buka puasa setengah malem, hampir 18,5 jam. Hawanya di sini juga dingin banget karena kan di rumah (Indonesia) biasanya panas. Suhunya di sini sampai 2 derajat," kata Lina.
Lebaran kali ini juga pertama kalinya Lina harus terpisah jarak yang sangat jauh dari keluarga. Untuk merayakan lebaran, ia berencana untuk melakukan sholat Idul Fitri di rumah dan melakukan video call bersama keluarga.
Awalnya Lina berencana ingin berkunjung ke Konsulat jenderal Republik Indonesia (KJRI) untuk salat Idul Fitri bersama WNI lainnya dan melepas rindu makanan Indonesia. Namun sayang karena pandemi KJRI tidak mengadakan sholat Idul Fitri bersama dan Halal Bi Halal.
"Idul Fitri ini pertama kalinya jauh, dalam keadaan ini pun euforia lebaran di kampung pasti juga gak akan seheboh biasanya. Tapi ya sedih juga kali ini KJRI juga enggak mengadakan sholat Idul Fitri dan enggak bisa makan masakan indo. Mudah-mudahan pas Idul Adha nanti bisa" kata Lina.
Dia berharap agar pandemi virus corona cepat selasa dan semua dapat beraktifitas kembali dengan normal.
Editor: Muhammad Fida Ul Haq