Dongeng adalah Cerita Fiktif, Ini Penjelasan, Ciri-ciri dan Contohnya
Di sebuah desa, hiduplah seorang petani sayur dan buah. Setiap pagi ia mengangkut sayur dan buah dibantu oleh keledai miliknya ke pasar untuk dijual. Namun, keledai milik petani itu suka mengeluh setiap kali mengangkut sayur dan buah. Padahal, petani itu telaten memberinya makan.
"Aku benci bekerja pada petani ini. Setiap hari aku harus bangun pagi dan mengangkut sayur dan buah ke pasar. Aku ingin bekerja pada majikan lain. Mungkin aku lebih bisa bersantai", gerutu keledai. Saat di pasar, ada seorang pedagang kulit yang bermaksud membeli
keledai. Si Petani menawarkan keledainya kepada pedagang kulit.
Terjadilah transaksi antara petani dan pedagang kulit. "Semoga keledai ini memperoleh kehidupan lebih baik bersama pedagang kulit", doa si petani.
Bersama pedagang kulit, keledai bertugas mengangkut kulit setiap hari ke pasar untuk dijual. Keledai kembali mengeluh.
"Uh...bau sekali kulit-kulit ini. Lebih baik aku bekerja pada petani mengangkut sayur dan buah yang harum wanginya daripada bekerja pada pedagang kulit yang harus mengangkut kulit yang bau ini", gerutu keledai.
Setelah beberapa waktu bekerja pada pedagang kulit. Keledai itu dibeli oleh seorang pengusaha batu bara. Setiap hari keledai itu bertugas mengangkut batu bara yang kotor dan berat.
"Pekerjaan ini lebih menyiksaku. Aku lebih baik bekerja pada petani atau pedagang kulit sekalipun daripada bekerja pada pengusaha batu bara ini", gerutu keledai.
Demikianlah nasib si keledai. Ia tidak mau bersyukur dengan kehidupannya bersama petani. la ingin hidup bersama majikan lain. Akan tetapi, justru bersama majikan yang lain itu, keledai memperoleh pekerjaan yang lebih berat.
Hikmahnya: Sikap mengeluh dan tidak bersyukur hanya akan mendatangkan kerugian bagi diri sendiri. Karena itu, jauhilah sikap mengeluh dan tidak bersyukur. Jadilah anak yang semangat dan pandai bersyukur.
Di sebuah desa di kerajaan Cina, hiduplah seorang ayah dan anak laki-laki yang mulai beranjak dewasa. Suatu hari, kuda milik si ayah pergi entah ke mana. Tidak biasanya kuda itu meninggalkan kandang sampai seharian. Sudah tiga hari kuda milik si ayah tidak juga pulang. Ayah pun sudah mengikhlaskan kuda itu.
Akan tetapi, esok harinya kuda itu pulang dengan mengajak seekor kuda lain. Si ayah merasa senang kudanya kembali. "Wah kau beruntung sekali mendapat kuda baru", seru para tetangganya. Si ayah hanya tersenyum. Tentu ia merasa senang dengan kehadiran kuda baru itu, tetapi tidak berlebihan.
Si anak laki-laki sangat senang berkuda. Begitu tahu ayahnya memperoleh kuda baru, ia pun ingin mencoba menaikinya. Akan tetapi, ternyata kuda itu belum jinak pada si anak laki-laki itu. Anak itu terlempar dari kuda.
Si ayah tentu saja sedih dengan musibah yang menimpa anaknya. Akan tetapi, ia juga tidak larut dalam kesedihan.
Esok harinya, ada pasukan kerajaan yang mendata para pemuda desa untuk direkrut berperang melawan musuh. Anak si ayah tersebut tidak dikenakan kewajiban berperang karena kakinya patah. Si ayah merasa bersyukur.
"Kau beruntung, Pak. Anak saya diwajibkan berperang dan aku tidak tahu apakah anakku bisa kembali atau tidak? Sedangkan, kau tetap bisa bersama anakmu, ujar seorang ibu.
Si ayah terhenyak. Ya, mungkin inilah salah satu hikmah dibalik musibah yang menimpa anaknya.
Hikmahnya: Setiap peristiwa yang terjadi pasti mengandung hikmah. Tugas kita adalah mencari hikmah dibalik peristiwa tersebut.
Nah, jadi sudah paham kan dongeng adalah cerita anak ataupun cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi. Demikianlah pembahasan mengenai dongeng. Semoga membantu ya!
Editor: Puti Aini Yasmin