Kisah Dirman, Petugas Keamanan Kedubes Australia Terdampak Serangan Teroris hingga Kehilangan Mata
Saat jalan, dia tiba-tiba terjatuh dan di bawa kembali ke RS. Di RS, dokter mendiagnosis adanya masalah syaraf di kepala yang sulit disembuhkan. Satu-satunya cara yaitu meminum obat syaraf yang telah ditentukan setiap hari dan tidak boleh berhenti. Obatnya pun tidak hanya satu.
"Saking banyaknya obat sejak 2004, saya sempat berhenti untuk minum obat itu, dan saya jatuh lagi di jalan. Dokter bilang ini obat tidak boleh berhenti, dan kamu harus tetap meminumnya, dan sampai hari ini masih mengkonsumsi obat syaraf itu, dan saya tidak tahu kapan harus berhenti mengkonsumsi obat ini," ujarnya.
Masalah syaraf bukan akhir cerita. Mata kirinya yang awalnya tidak terlalu masalah mengalami pendarahan. Terjadi pembengkakan. Sebuah serpihan masih bersarang di mata kirinya.
Dokter menyatakan mata kirinya harus diangkat. Bila tidak maka akan berpengaruh terhadap mata sebelah kanannya. Pada 2010, dia pun mengikhlaskan mata kirinya untuk diangkat.
"Saya ikhlas untuk ini, alhamdulillah saat ini saya menggunakan satu mata, mata kiri saya mata palsu dan bagi saya itu adalah ujian sekaligus nikmat karena dengan hal ini saya bisa tetap bangkit, tetap merasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, karena hidup itu tetap membuat saya tetap tangguh kukuh," tuturnya.
Kehilangan salah satu matanya, tidak membuat Sudirman patah semangat. Berselang empat tahun kemudian dia pun meneruskan langkahnya mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.