Kisah Orang Tua soal PPDB: Anak Gagal Masuk Sekolah Favorit gegara Sistem Kuota Jalur Non-Akademik
Selain itu, ada juga orang tua murid yang hendak menyekolahkan putrinya di Sekolah Dasar (SD) daerah Jakarta Timur. Adalah Lina (33) yang mengaku mengalami kesulitan saat mendaftar via PPDB.
Sebab, dalam situs tersebut hanya satu pilihan sekolah yang diberikan dari yang seharusnya tiga sekolah. Walaupun begitu, sang anak akhirnya berhasil masuk ke salah satu SD di dekat kediamannya di Rawamangun, Jakarta Timur.
"Putri saya didaftarkan melalui sistem zonasi via PPDB dengan daya tampung 47 siswa untuk satu sekolah. Anehnya saat saya daftarkan via ponsel itu hanya satu sekolah saja yang menerima," ujar Lina.
Meski terheran-heran, Lina mengaku bersyukur karena putrinya langsung diterima oleh sekolah yang sesuai harapannya. Ia hanya menyayangkan sistem PPDB yang dinilai kurang.
"Misal itu pendaftaran putri saya tidak lolos, mungkin saya panik juga karena harus ikut tahap kedua atau ketiga yang jujur saja repot untuk kesibukan seperti saya," kata Lina.
Lina juga mengaku banyak dari koleganya yang tidak bisa mengakses sekolah unggulan lantaran tidak masuk zonasi sekolah unggulan. Oleh karenanya, banyak orang tua yang terpaksa memasukkan putra atau putrinya ke sekolah swasta.
"Kasihan kolega saya itu terpaksa memasukkan anaknya ke sekolah swasta, mereka jadinya mau tidak mau harus menggelontorkan biaya yang terhitung besar," tutur dia.
Kendati demikian, Lina menilai sistem PPDB selalu membaik setiap tahunnya. Apalagi, terdapat prioritas usia yang ditargetkan PPDB di zona terdekat yang ada di pemukimannya sehingga memudahkan.
"Daya saing zonasi ini terkadang berubah karena faktor usia prioritas atau kedekatan domisili. Saya lihat kebijakan zonasi di lokasi saya ini menyesuaikan terus tiap tahunnya, jadi saya rasa pemerintah juga terus mengkaji kebijakan PPDB ini secara efektif," tutup dia.
Editor: Puti Aini Yasmin