Melawan Misinformasi dan Disinformasi Sejak Dini, Peran Orang Tua hingga Pemerintah Lindungi Anak
Sementara itu, Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media (Dirjen KPM) Komdigi, Fifi Aleyda Yahya, menambahkan, melalui PP Tunas dan Tunasdigital.id, pemerintah ingin mendampingi keluarga Indonesia agar lebih siap menghadapi tantangan dunia digital.
“Ini adalah sebuah gerakan literasi digital yang membekali orang tua agar anak-anak bisa memilah informasi, menjaga etika online, serta menjelajahi dunia maya dengan aman. Sehingga anak tumbuh cerdas secara digital dan membawa sikap bijaknya ke dunia nyata,” kata Fifi.
Edukasi Dunia Maya di Era AI
Di balik pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), tersimpan beragam ancaman serius terhadap keamanan data, keadilan sosial, serta masa depan generasi muda. Sejumlah pakar mengingatkan, bahaya teknologi AI tak boleh dianggap remeh karena berpotensi menimbulkan disinformasi, bias diskriminatif, hingga melemahkan kemampuan berpikir kritis anak-anak.
Peneliti ELSAM Indriaswati Dyah dari ELSAM menyoroti masih rendahnya kesadaran publik mengenai risiko diskriminasi yang dapat ditimbulkan oleh sistem AI.
“Kesadaran akan potensi risiko AI dalam menguatkan bias dan diskriminasi masih rendah,” ujarnya dalam webinar nasional Humanizing Artificial Intelligence yang digelar STEI ITB pada 31 Mei 2025 lalu.

Sementara itu, Diena Haryana dari SEJIWA Foundation menekankan pentingnya menyeimbangkan teknologi dan tumbuh kembang anak.
“AI tidak boleh menggantikan masa bermain dan eksplorasi anak. Teknologi bisa menjadi alat bantu tanpa harus mengganggu proses tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Para ahli sepakat, teknologi AI kini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menyentuh ranah sosial, etika, dan moralitas generasi masa depan.
Editor: Reza Fajri