Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kebijakan Ekonomi 2026: Pemerintah Ingin Pastikan Tak Ada Uang Menganggur
Advertisement . Scroll to see content

Pengaruh Lebaran Vibe, Perekonomian dan Digitalisasi

Jumat, 12 April 2024 - 21:32:00 WIB
Pengaruh Lebaran Vibe, Perekonomian dan Digitalisasi
Candra Fajri Ananda (Foto: Koran Sindo)
Advertisement . Scroll to see content

Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI 

PEREKONOMIAN Indonesia penuh dengan tantangan di tahun 2023. Meski demikian, di tengah badai ekonomi global dan inflasi yang tinggi, Indonesia masih menunjukkan ketangguhan. Kapal ekonomi Indonesia terus melaju meski diterpa gelombang ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2023, Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,05 persen (yoy), lebih tinggi dari angka consensus forecast sebesar 5,03 persen. Artinya, di tengah melambatnya perekonomian global dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan, ekonomi Indonesia pada 2023 masih tetap tumbuh solid.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh lima komponen, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pengeluaran investasi, ekspor, dan impor. Dari jumlah tersebut, komponen yang relatif dapat didorong oleh Pemerintah dalam jangka pendek adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sementara untuk investasi, membutuhkan waktu relatif panjang. Demikian pula untuk ekspor, membutuhkan upaya yang lebih karena dunia usaha nasional belum pulih dan kondisi ekonomi global yang masih lesu. 

Berdasarkan data BPS, harga sejumlah komoditas unggulan perdagangan Indonesia pada Desember 2023 turun dibandingkan dengan Januari 2022. Minyak kelapa sawit yang pada Januari 2022 seharga 1.344 dollar AS per metrik ton turun menjadi 813,5 dollar AS per metrik ton pada Desember 2023. Harga nikel dan batubara juga merosot. Beruntung, mendung perdagangan global ini masih bisa dihalau produksi dan konsumsi di dalam negeri. 

Pada 2023, penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah peningkatan konsumsi rumah tangga. Di tengah tantangan ekonomi global dan inflasi yang tinggi, peningkatan konsumsi rumah tangga berhasil menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih terjaga. Konsumsi rumah tangga, yang memiliki kontribusi lebih dari 50 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, berhasil tumbuh 4,82 persen di 2023. Kenaikan upah minimum dan bantuan sosial pemerintah menjadi faktor pendorong utama peningkatan konsumsi rumah tangga Indonesia. 

Kini, memasuki 2024, sejumlah kalangan pun menilai bahwa Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh di atas level 5 persen seiring tetap kuatnya konsumsi masyarakat, terutama pada kuartal pertama 2024 dengan adanya momentum Ramadhan dan Idul Fitri. Indikator tersebut terlihat dari hasil survei Bank Indonesia (BI) yang dirilis pada Maret 2024 yang menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan terpantau meningkat. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Februari 2024 berada dalam zona optimistis sebesar 135,3 lebih tinggi dibandingkan dengan 134,5 pada Januari 2024. 

Selain itu, di sisi ekspektasi konsumen terhadap penghasilan ke depan, juga mengalami peningkatan pada seluruh tingkat pengeluaran. Terutama pada responden dengan pengeluaran Rp1 juta-Rp2 juta. Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok usia 31-40 tahun.

Berdasarkan sejumlah indikator tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh di atas level 5 persen sejalan dengan konsumsi yang tetap kuat. 

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut