Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Jakarta Dikepung Banjir, Arus Lalu Lintas Lumpuh 
Advertisement . Scroll to see content

Pilu, Cerita Hakim Terpaksa Absen Pemakaman Mertua karena Tak Punya Ongkos Pulang

Selasa, 08 Oktober 2024 - 12:48:00 WIB
Pilu, Cerita Hakim Terpaksa Absen Pemakaman Mertua karena Tak Punya Ongkos Pulang
Hakim PN Sampang, Aji Prakoso menceritakan kisah pilu yang dialaminya karena keterbatasan uang. Dia dan keluarga tak bisa mendatangi pemakaman mertuanya. (Foto: TV Parlemen)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Hakim Pengadilan Negeri (PN) Sampang, Jawa Timur (Jatim) Aji Prakoso membagikan kisah pilu lantaran mendapat gaji yang rendah. Sambil terisak, dia bercerita terpaksa tak menghadiri pemakaman mertuanya di Denpasar, Bali karena tak memiliki ongkos untuk pulang.

Semula, dia bercerita saat itu ditugaskan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Lantaran uang yang terbatas, dia dan sang istri tak bisa menghadiri prosesi pemakaman mertuanya. 

"Kami tidak bisa untuk berada di permakaman orang tua kami. Saya harus menghibur istri saya, karena orang tuanya meninggal, ya orang tua saya juga dan menyampaikan permohonan maaf, bahwa kita tidak bisa pulang ke Denpasar pada saat itu," tutur Aji saat beraudiensi bersama pimpinan DPR, Selasa (8/10/2024).

Menurutnya, pengalaman pahit terkait kesejahteraan juga dialami oleh para hakim lainnya di Indonesia. "Tidak sedikit yang harus berpisah, akhirnya bercerai dengan pasangannya karena persoalan ekonomi ini," kata Aji.

Dia menyadari, ekonomi rakyat sedang tak baik-baik saja. Namun, dia menekankan pihaknya tak menuntut kekayaan. 

Menurut dia, pihaknya hanya ingin gaji yang diterima dinaikkan satu kali lipat lebih dari besaran saat ini.

"Kami hanya meminta besaran kenaikan 142 persen, tidak ada setengahnya dari 300 persen kenaikan gaji pegawai Kemenkeu. Padahal ancaman terhadap keamanan kami, ancaman terhadap jiwa kami, jiwa keluarga kami, itu nyata di depan mata," ujar Aji.

Dia pun mengakui keluarganya pernah terancam saat menangani perkara pembunuhan. "Posisi saya harus nginap di kantor karena harus men-draft putusan, istri dengan tiga orang anak kecil, tidak punya ART karena keterbatasan ekonomi, menyampaikan, ‘Yah, rumah bolak-balik didatangi orang malam-malam, pintunya juga digedor’. Ini kondisi nyata," ujarnya.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut