Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Hasto Ungkit Pesan Bung Karno: Kita Tak akan Jadi Negara Kuat jika Tidak Kuasai Samudera
Advertisement . Scroll to see content

Republik yang Didirikan Pecinta Buku

Selasa, 27 Oktober 2020 - 23:59:00 WIB
Republik yang Didirikan Pecinta Buku
Republik Indonesia didirikan oleh para pecinta buku. Tak disangsikan lagi, Soekarno dan Mohammad Hatta adalah pembaca buku paling ambisius. (Foto: Perpusnas)
Advertisement . Scroll to see content

Sutan Sjahrir dan buku pinjaman yang tak kembali

Republik ini didirikan oleh para penggila buku. Pada 1930, Sjahrir menempuh pendidikan tinggi di Universitas Leiden, Belanda. Dia mengambil jurusan hukum adat Hindia. Di Leiden, Sjahrir kerap meminjam buku tentang kajian negeri Hindia (Indologi) kepada seniornya Joss Riekerk. Joss yang mengambil jurusan Indologi merupakan rekan Sjahrir di perkumpulan mahasiswa sosialis.

Beberapa tahun kemudian. Sjahrir pulang ke Indonesia dan menjadi aktivis pergerakan bersama Hatta. Ketika Sjahrir berada dalam pengasingan di Banda Neira, Joss sudah bertugas di Pulau Sumba sebagai pegawai kolonial. Saat itulah Joss dibuat repot oleh ulah Sjahrir. “Saya masih terus disibukkan dengan nota-nota, surat-surat dari Perpustakaan Leiden yang meminta agar saya mengembalikan buku-buku itu, atau membayar dendanya,” ujar Joss Riekerk kepada Mrazek dalam wawancara pada 15 Oktober 1983.  Rudolf Mrazek menuangkan hal itu dalam biografi Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia, 1996.

Sejak menempuh pendidikan MULO di Medan, Sjahrir menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan. Sebagai pembaca buku yang bersemangat, dia tentu saja membaca banyak sekali buku saat itu. Tapi dia juga gemar kegiatan-kegiatan rekreasi, dari mulai musik dan terutama sepakbola. Saat hijrah ke Bandung pada 1926, meneruskan sekolah di AMS, Sjahrir kembali melanjutkan hobinya bermain bola.

Selain menempa diri di bidang organisasi dan mulai meniti pengalaman di bidang politik, hari-hari Sjahrir di Bandung juga diwarnai dengan aktivitas bermain bola. Si Bung Ketjil di Bandung menghidupi dirinya sendiri dalam berkegiatan. Sjahrir dan kawan-kawannya membuka semacam toko koperasi yang menjual barang kerajinan yang hasilnya digunakan untuk membiayai perpustakaan, teater dan tentu saja klub sepakbola.

Setelah kemerdekaan, Sjahrir menjadi Perdana Menteri pertama Republik Indonesia. Hal ini diungkapkan Rudolf Mazrek, dalam buku Politics and Exile in Indonesia, 1994.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut