Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Hasto Ungkit Pesan Bung Karno: Kita Tak akan Jadi Negara Kuat jika Tidak Kuasai Samudera
Advertisement . Scroll to see content

Republik yang Didirikan Pecinta Buku

Selasa, 27 Oktober 2020 - 23:59:00 WIB
Republik yang Didirikan Pecinta Buku
Republik Indonesia didirikan oleh para pecinta buku. Tak disangsikan lagi, Soekarno dan Mohammad Hatta adalah pembaca buku paling ambisius. (Foto: Perpusnas)
Advertisement . Scroll to see content

Muhammad Yamin penyair, penulis dan kongres pemuda

Republik ini didirikan oleh para pecinta buku. Semangat ke-Indonesiaan kuat disuarakan sejak Kongres Pemuda I pada 30 April-2 Mei 1926. Saat itu, pada hari akhir Kongres Pemuda II, Mr Sunario, wakil dari Kepanduan, tengah berpidato di podium. Yamin, yang menjabat sekretaris Kongres duduk bersebalahan dengan Soegondo Djojopoespito, ketua kongres.

Ketika itulah Yamin memberikan secarik kertas kepada Soegondo yang membaca serius isinya dan kemudian menyerahkannya kepada Amir Sjarifuddin, wakil dari Jong Bataks Bond.

“Saya setuju,” kata Soegondo sambil memberi paraf kertas yang disodorkan Yamin. Amir kemudian juga melakukan hal sama. Alhasil, peserta kongres pada 28 Oktober 1928 kemudian sepakat dengan rancangan Yamin yang kemudian dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.

M Yamin termasuk salah satu pakar hukum dan juga merupakan penyair terkemuka angkatan pujangga baru. Ia banyak menghasilkan karya tulis pada dekade 1920 yang sebagian dari karyanya menggunakan bahasa melayu.

Karya-karya tulis M Yamin diterbitkan dalam jurnal Jong Sumatra. Dia juga merupakan salah satu pelopor puisi modern. M Yamin banyak menulis buku sejarah dan sastra yang cukup di kenal yaitu  Gajah Mada (1945), Sejarah Peperangan Diponegoro, Tan Malaka (1945) Tanah Air (1922), Indonesia Tumpah Darah (1928), Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Revolusi Amerika, (1951).

Muhammad Yamin dalam perkembangan sastra Indonesia adalah sosok yang pertama kali mengenalkan bentuk soneta dalam sajak. Soneta adalah bentuk sajak yang lahir di Italia abad ke-12 dan berkembang hingga sekarang. Padahal saat itu penyair di tanah air sedang gandrung dengan gaya sastrawan India, Rabindranath Tagore. Yamin tak hanya pembaharu sastra, ia juga memelopori penulisan sejarah dari perspektif Indonesia.

Dia menulis buku Gajah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara dan melukis sketsa wajah sang Mahapatih Majapahit. Yamin telah menulis tujuh judul buku tentang tata negara kerajaan Majapahit dengan memanfaatkan sejumlah prasasti kuno, meskipun banyak kekurangan di sana-sini, tak pelak buku itu menjadi rujukan hingga kini. (Baskoro, L.R. dkk. Muhammad Yamin: Penggagas Indonesia yang dihujat dan dipuji. Jakarta: KPG, 2018).

Di atas adalah beberapa tokoh pendiri republik yang semangat membaca, di antara banyak tokoh pendiri republik lainnya yang tak kalah semangat dalam membaca. Hal ini menjadi bukti nyata korelasi antara membaca dan wacana kejuangan dan kemerdekaan sejak mula. 

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut