Mengintip Keindahan Ugimba, Desa Wisata yang Masih Bebas Covid-19 di Papua
JAKARTA, iNews.id - Desa yang satu ini belum tersentuh dengan virus mematikan Covid-19. Ugimba hingga kini masih menjadi zona hijau.
Menurut data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), desa yang berada di Intan Jaya ini masih hijau. Siapa sangka, kabupaten di Papua ini ternyata menyimpan segudang potensi wisata sangat luar biasa. Ada desa wisata di Intan Jaya yang menyuguhkan panorama alam masih asri dan begitu memikat yakni, Desa Ugimba.
Bagi wisatawan yang pernah mendaki Puncak Carstensz tentu sudah tidak asing lagi dengan Desa Ugimba. Desa ini menjadi persinggahan terakhir para pendaki sebelum menuju Puncak Carstensz. Lantas apa saja daya tariknya?
Sejak 2014, Ugimba sudah diresmikan sebagai desa wisata oleh pemerintah. Ketika itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menandatangani Prasasti Puncak Carstensz sebagai daerah unggulan wisata dan Ugimba sebagai desa wisata.
Keindahan alam Ugimba memang begitu memukau. Sejauh mata memandang, wisatawan akan disuguhkan deretan pegunungan dan bukit-bukit hijau yang memanjakan mata.
Selain itu, banyak potensi wisata lain di sekitar Desa Ugimba yang bisa dinikmati. Misalnya, wisatawan bisa menguji adrenalin dengan berarung jeram di Sungai Kemabu.
Kemudian, terdapat juga Sungai Nabu yang memiliki aliran terbaik menuju ke arah Gunung Carstensz. Aliran sungai ini terbilang unik karena berbau harum dan menghasilkan garam.
Meski begitu, Maximus Tipagau, pengelola wisata Carstensz mengatakan, penduduk di desa yang paling dekat dengan puncak Carstensz masih hidup dalam keterbatasan, baik pendidikan, transportasi maupun kesehatan kesehatan.
Padahal, Desa Ugimba seringkali menjadi pemberhentian terakhir para wisatawan domestik maupun mancanegara sebelum menuju Puncak Carstenz.
Jadi, selama ini turis dari Amerika dan Eropa, dan China itu semua melewati Desa Ugimba terlebih dahulu sebelum ke Puncak Carstensz, mereka lalu lalang di sini,” ujar Maximus kepada Okezone, beberapa waktu lalu.
Editor: Vien Dimyati