Musim Dingin di Kota Suci Makkah, Penuh Cerita Bermakna di Hati Tamu Allah
Di depan Kakbah, seorang pemuda tampak menggigil ringan. Bukan karena dingin, tetapi karena doa yang diucapkan terasa begitu dekat dengan hatinya. Ia berdiri lama, seolah menumpahkan seluruh beban hidupnya dalam satu bisikan.
Sementara di sudut lain, seorang ibu bermimik Asia Tenggara duduk dengan air mata yang mengalir pelan.
Makkah di musim dingin selalu penuh cerita. Cerita tentang mereka yang datang dengan luka, lalu pulang dengan hati yang lebih ringan. Cerita tentang mereka yang tiba dalam kebingungan, lalu menemukan jawaban dalam keheningan malam. Cerita tentang manusia yang rapuh, namun selalu diberi kesempatan untuk memulai kembali.
Ketika fajar kembali menyingsing, langit Makkah berubah menjadi jingga yang lembut. Burung-burung berputar di atas Masjidil Haram, menyambut hari baru. Para jemaah melangkah lagi, menggigil kecil tetapi tetap tersenyum. Karena dinginnya musim bukanlah penghalang, tapi ia adalah pengingat bahwa dalam setiap hembusan angin sejuk, ada pelajaran tentang kesabaran, ketulusan, dan ketundukan.
Makkah di musim dingin bukan hanya tempat ibadah. Ia adalah tempat di mana hati manusia dipeluk, dibersihkan, dan dikuatkan kembali.
Editor: Muhammad Sukardi