Membangun budaya di dalam organisasi membutuhkan interaksi personal antarkaryawan, pendekatan emosional, pengakuan dan penghargaan terhadap kontribusi mereka, sikap saling pengertian, spirit kebersamaan dan sense of family, sikap saling percaya, dan sentuhan hati dan cinta. Ini rupanya kekuatan inti Blue Bird selama bertahun-tahun.
Setelah berjuang tiga tahun terakhir, Blue Bird akhirnya menemukan diferensiasi layanannya dibanding taksi online. Blue Bird identik dengan: sopirnya hapal jalan; mobilnya standar dan bersih; atau tak pernah membatalkan order. Hasilnya: Blue Bird tetap menjadi pilihan pelanggan.
Pelajarannya: culture still matters. Di era digital disruption saat ini, manusia dan budaya perusahaan yang kokoh masih merupakan faktor kunci kesuksesan. Technology isn’t everything, people are.
6. Shifting of the Year: The Leisure Story
Sejak tahun 2015 telah terjadi pergeseran pola konsumsi dari nonleisure ke leisure. Pola konsumsi masyarakat Indonesia bergeser dari goods-based consumption menuju ke experience-based consumption.
Studi Nielsen (2015) menunjukkan, milenial yang merupakan konsumen dominan di Indonesia saat ini lebih royal menghabiskan duitnya untuk kebutuhan yang bersifat lifestyle dan experience, seperti: makan di luar rumah, nonton bioskop, rekreasi, juga perawatan tubuh, muka, dan rambut.