Sementara itu, Head Administrator Borma Group FX Yudi memperlihatkan bagaimana ritel lokal pun dapat menjadi tulang punggung UMKM di daerah.
“Borma lahir dari toko kelontong kecil di Bandung. Kami tahu bagaimana rasanya menjadi pelaku UMKM. Karena itu, kami membuka Pojok UMKM Lokal di setiap gerai tanpa biaya tambahan. UMKM bisa memajang produk mereka dan belajar langsung dari sistem ritel modern,” ujarnya.
Borma juga memastikan kemitraan berjalan proporsional. Jumlah gerai yang dipasok disesuaikan dengan kemampuan produksi UMKM agar tetap stabil dan tidak terbebani.
“Kami ingin mereka naik kelas perlahan tapi pasti. Tidak perlu langsung nasional, yang penting bertumbuh berkelanjutan,” ucapnya.
Sesi ini menjadi bukti bahwa para pelaku ritel modern sepakat menjalankan peran ganda: sebagai penggerak ekonomi nasional dan pendamping UMKM menuju kemandirian. Kolaborasi ini tidak berhenti di seminar.
Dalam Business Matching Road to HRN 2025, lebih dari 70 UMKM hasil kurasi APRINDO bertemu langsung dengan peritel anggota asosiasi, menjajaki kerja sama pasokan dan pemasaran produk lokal di jaringan ritel modern. Ketua Umum APRINDO, Solihin menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi ritel dan UMKM ini.
“Ritel modern bukan pesaing, melainkan mitra strategis bagi UMKM. Semakin banyak kolaborasi seperti ini, semakin kuat struktur ekonomi nasional kita,” tuturnya.
Seminar Nasional Road to Hari Ritel Nasional 2025 merupakan rangkaian acara menuju puncak perayaan HRN pada 11 November 2025. Kegiatan ini mengangkat tema besar “Kebangkitan Ritel: Bertumbuh Bersama UMKM, Bergerak ke Pasar Global”, dengan semangat menjadikan industri ritel Indonesia sebagai motor penggerak ekonomi rakyat dan jembatan bagi UMKM menuju pasar modern dan global.