Dari situ, Fransisca pun semakin memahami bahwa para pelaku usaha harus jeli melihat celah pasar lain yang belum dijamah agar bisa bertahan di tengah situasi seperti pandemi. “Kita harus rajin jemput bola. Karena kalau bukan kita sendiri, siapa lagi yang akan memperjuangkan nasib perusahaan kita?” tuturnya.
Selain semangat berinovasi, yang juga tidak kalah pentingnya adalah transformasi menuju bisnis digital. Menurut Fransisca, hal ini juga sangat membantu dalam mendongkrak penjualannya selama pandemi.
Untuk mencapai tahap tersebut, kata dia, UMKM harus mempersiapkan SDM yang tepat, yakni mereka yang memang bisa atau mau melek terhadap teknologi. “Ini pelan-pelan saja untuk memperbaiki kinerjanya, dari hal yang dasar dulu. Seperti membuat laporan keuangan dan logistik misalnya, kita sudah harus mulai menggunakan teknologi, jangan manual lagi,” ucapnya.
Dia mengatakan, para pelaku UMKM juga bisa membangun sistem penjualan dengan memanfaatkan situs-situs perdagangan yang tersedia, baik yang gratis dari pemerintah ataupun yang berbayar. Ini tidak saja bertujuan untuk menjangkau lebih banyak buyer (pembeli), tetapi juga untuk penetrasi pasar.
Sebagai pemilik UMKM yang baru tumbuh, Fransisca juga terus berusaha mengembangkan kemampuan bisnisnya dengan mengikuti berbagai pelatihan. Salah satunya lewat Rumah BUMN BRI. BeeMa Honey sudah bergabung di wadah tersebut, sejak 2020.
Sesuai namanya, Rumah BUMN adalah wadah bagi langkah kolaborasi BUMN dalam membentuk ekosistem ekonomi digital melalui pembinaan UMKM. Lewat program tersebut, para UMKM diharapkan bisa meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya.
Peran Rumah BUMN dalam membina UMKM dimulai dari modernisasi dan digitalisasi bisnis, hingga mendampingi mereka menembus pasar mancanegara (ekspor). Konsep peran tersebut tertuang lewat slogan “Go Modern, Go Digital, Go Online, dan Go Global”.