Menurutnya, asam glutamat yang merupakan kandungan terbanyak dalam MSG berfungsi sebagai neurotransmitter di otak. Hal itu bisa membawa manfaat positif bagi kecerdasan. ”Jadi jangan salahkan MSG kalau otak lemot. Itu karena enggak belajar,” kata Sunersi.
Sementara itu, Satria Gentur Pinandita menambahkan, asam glutamat juga diproduksi sendiri oleh tubuh. ”Jadi ini bukan racun,” kata Gentur.
Masyarakat bisa mengontrol sendiri konsumsi MSG dalam makanannya. Jika masakan kurang gurih, maka bisa ditambahkan MSG. “Tapi kalau kebanyakan kan bisa eneg juga,” kata Satria.
Satria juga menjelaskan beberapa hal terkait dampak positif MSG. Salah satunya adalah rasa gurih yang terbukti bisa menekan konsumsi garam (Natrium). Dengan berkurangnya kandungan natrium pada makanan, hal tersebut bisa menekan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Direktur Pengawasan Peredaran Pangan Olahan BPOM Ratna Irawati menegaskan bahwa MSG aman dikonsumsi. Berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan, MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan. “Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan,” kata Ratna.
Sementara itu, Yuri Kim bercerita bahwa memang ada masakan yang kurang enak jika tidak menggunakan MSG. “Yang penting kan tidak berlebihan,” ujarnya.
(CM)