JAKARTA, iNews.id - Generasi milenial yang aktif dengan smartphone terancam terkena gangguan syaraf tepi. Gangguan ini akrab disebut Neuropati. Berdasarkan data dari survei APJII 2017 menyatakan, terdapat 63 juta milenial di Indonesia (usia 20-35 tahun). Sebanyak 94,4 persennya telah terkoneksi internet dengan mayoritas waktu konsumsi 4-10 jam per hari.
Kebiasaan ini ternyata tanpa disadari dapat mengancam generasi milenial terkena gangguan syarat tepi. Karena, milenial seolah tidak bisa lepas dari smartphone. Baik saat makan, bangun tidur, dan di mana saja.
Manfaluthy Hakim selaku Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perdossi Pusat mengatakan, sistem syaraf berfungsi untuk memproteksi agar tidak terjadi luka. Jika terjadi Neuropati atau gangguan syaraf tepi, di mana sistem syarafknya tidak berfungsi ini pertanda gejala Neuropati.
"Memakai handphone rata-rata selama tujuh jam konsekuensinya nyeri di leher dan punggung atas dan kaku pada otot-ototnya. Kita harus berpikir, bagaimana menggunakan teknologi ini dengan baik tanpa merugikan. Karena yang terjadi saat bermain handphone menggunakan jari tangan. Ini memiliki potensi serius kerusakan pada tangan. Salah satu risikonya Neuropati. Neuro dari syaraf. Pati gangguan fungsi atau kerusakan pada syaraf tepi. Potensi cedera di daerah leher, ujung lengan hingga siku. Karena ini melakukan gerakan berulang," kata Manfaluthy Hakim, di Jakarta, belum lama ini.
Anie Rachmayani selaku Consumer Health Associate Director of Marketing, PT P&G PHCI Indonesia mengatakan, pihaknya menyadari saat ini teknologi berperan penting dalam menunjang aktivitas masyarakat, namun penggunaan dalam jangka waktu lama, berisiko kerusakan saraf tepi.