JAKARTA, iNews.id - Katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan. Namun, gangguan penglihatan lainnya perlu diwaspadai. Salah satunya, kelainan kelopak mata.
Kalainan ini berisiko serius pada penderita mulai iritasi, kerusakan kornea, gangguan tajam penglihatan hingga kebutaan. Ketidakmampuan menutup kelopak mata secara sempurna (Lagoftalmus) merupakan kelainan kelopak mata yang umum dialami penderita lepra.
Dari sisi jumlah, penderita lepra di Indonesia menjadi terbanyak ketiga, setelah India dan Brasil. Kementerian Kesehatan mencatat pada 2023 jumlah penderita lepra di Indonesia mencapai 12.798 kasus.
“Di sini pendekatan okuloplastik-rekonstruksi (atau bedah plastik dan rekonstruksi pada ilmu kesehatan mata) memiliki peran besar! Sayang, implementasinya masih menemui persepsi keliru. Okuloplastik-rekonstruksi dianggap untuk kebutuhan estetika. Padahal cakupannya jauh lebih luas, termasuk pemulihan fungsi vital jaringan yang rusak," ujar Profesor Dr dr Yunia Irawati SpM(K) saat pengukuhan sebagai Guru Besar/Profesor Fakultas Kedokteran UI bidang Plastik dan Rekonstruksi Mata Universitas Indonesa (UI) di Jakarta, Rabu (5/2/2025).
Profesor Yunia mengungkapkan, bukan hanya pembiayaan, prosedur juga masih terkendala lantaran dianggap tidak esensial oleh asuransi kesehatan. Sebagai solusi, dokter spesialis mata dari JEC ini membuat teknik modifikasi tarsorafi (Teknik Yunia) yang lebih ekonomis untuk penanganan lagoftalmus pada penderita lepra.
Teknik ini sama efektifnya dengan metode gold weight implant - yang paling sering digunakan untuk menangani lagoftalmus pada penderita lepra. Temuan tersebut mengantarkan Profesor Yunia meraih gelar doktor pada 2021.
Selain upaya klinis, Profesor Yunia menggagas Katamataku UI berupa pendampingan kesehatan yang komprehensif bagi pasien, mantan penderita dan komunitas lepra di Indonesia. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup mereka secara berkelanjutan, menghapus stigma melekat, dan mendukung terciptanya masyarakat inklusif.