Dia menyebutkan pihaknya membangun lab biosains untuk menjelajahi hal-hal yang tidak diketahui. "Kami ingin mengumpulkan bukti melalui pendekatan ilmiah dan berusaha membuktikan potensi rokok elektrik untuk mengurangi bahayanya, dan dengan melakukan itu memberi pengguna opsi untuk beralih ke produk alternatif.
RELX pun membuat laboratorium kimia dan fisik pada 2018. Laboratorium tersebut disertifikasi Layanan Akreditasi Nasional China untuk Penilaian Kesesuaian yang diakui secara internasional. RELX memulai penelitian terobosannya pada studi toksikologi dan farmakologis pada produknya pada 2019, dan lab biosains baru ini akan berfokus pada uji vivo dan in vitro, serta penilaian keamanan praklinis pada 2020.
“Studi toksikologi dan farmakologi berfokus pada efek produk,” kata Xingtao Jiang, Kepala Lab RELX, “Misalnya, apakah produk ini mempengaruhi DNA atau kromosom, dan apa dampak jangka panjang bahan tersebut pada organ dan jaringan tubuh? Masih banyak penelitian yang harus dilakukan,” ujarnya
Xingtao Jiang mengumumkan lima temuan awal dari penelitian RELX. Antara lain, kadar zat berbahaya seperti benzena dan empat TSNA (N-nitrosoamines spesifik tembakau) yang dipaparkan oleh produk vape masing-masing lebih rendah 99,1 persen dan 99,8 persen daripada yang ditemukan pada asap rokok konvensional
RELX pun membuat proyek penelitian tentang topik berbeda dengan enam universitas termasuk Universitas Sun Yat-sen, Shenzhen Institutes of Advanced Technology, Akademi Ilmu Pengetahuan China, dua rumah sakit dan sembilan lembaga penelitian ilmiah.