Ditambahkan Fransisca Febriani Sidjaja, PhD atau yang akrab disapa Febri, dalam penanganan kasus-kasus anak dengan kebutuhan khusus tidak hanya berfokus pada pembentukan target perilaku. Pendekatan harus turut mengakomodasi kebutuhan individu untuk membangun relasi yang sehat dengan orang tua, pengasuh, dan lingkungannya.
“Di sini menyediakan berbagai pengetesan dan pemeriksaan psikologis, berupa evaluasi komprehensif profil mental anak (Child Comprehensive Evaluation), tes inteligensi (IQ), tes kesiapan sekolah (School Readiness Test), serta tes minat dan bakat (Career Pathway & Exploration test). Tujuannya agar kami tahu di mana akar masalah dari ganguan mental si anak,” kata Febri psikolog klinis anak yang berpraktik di JCGC.
Di samping pemeriksaan psikologis, anak-anak yang memiliki gangguan menta juga tetap diberikan program layanan terapi seni, terapi bermain, terapi musik, terapi wicara, terapi okupasi, dan psikoterapi lain yang terbukti secara ilmiah. Bahkan dalam kasus tertentu anak bisa mendapatkan teknologi terapi neurofeedback yang merupakan teknik mutakhir untuk melatih otak agar berfungsi dan beroperasi pada level maksimal.
“Terapi neurofeedback juga melatih jalur saraf sehingga membuat berbagai wilayah otak dapat berfungsi lebih baik. Terapi ini terbukti efektif pada beberapa anak dengan kesulitan mempertahankan fokus perhatian, termasuk pada anak dengan ADHD,” kata Stephanie Riady selaku Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan yang menaungi JCGC dan JAPC.