JAKARTA, iNews.id - Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran (PUIIPK Unpad) memaparkan hasil studi tentang Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HTPL). Mereka menemukan risiko produk tembakau alternatif lebih kecil dibandingkan dengan rokok konvensional.
Ketua Penelitian Auliya Suwantika memaparkan hasil positif yang ditemukan pada HPTL dalam mengurangi risiko bagi perokok di Indonesia. Bahkan, dapat mengurangi angka ketergantungan pada rokok.
“Kami melihat potensi pengurangan risiko dapat diterapkan untuk mengatasi angka prevalensi perokok dewasa di Indonesia yang mencapai 33,8 persen, seperti pada data Riset Kesehatan Dasar 2018. Kami meninjau produk HPTL seperti, e-cigarette (EC), tobacco heating system (THS) dan snus dapat berperan dalam smoking reduction dan smoking cessation. Secara umum, HPTL memiliki nilai risiko yang lebih kecil dibandingkan rokok,” ujar Auliya, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/9/2020).
PUIIPK UNPAD menyimpulkan penggunaan HPTL juga memiliki risiko lebih kecil dalam hal kejadian tidak diharapkan atau adverse event (AE). “Dari hasil studi penelusuran literatur secara sistematis yang telah dilakukan, nilai AE pada e-cigarette (EC), tobacco heating system (THS) dan snus lebih kecil dibandingkan dengan rokok konvensional,” kata Auliya.
“Dengan hasil studi ini, kami juga menyarankan adanya studi lanjutan yang lebih kompehensif agar dapat dijadikan sebagai science-based policy oleh pemerintah untuk menyusun kebijakan HPTL dan mendorong supaya masyarakat dapat beralih ke produk yang lebih rendah risiko,” ujar Auliya.
Ketua PUIIPK Unpad Irma Melyani Puspitasari memaparkan science-based policy dalam pengurangan risiko yang dapat digunakan para pembuat kebijakan dengan melakukan studi lanjutan yang lebih komprehensif seperti uji toksikologi, studi populasi, uji klinis dan uji eksperimen terkontrol secara acak. Hal ini dilakukan agar regulasi mengenai pengurangan risiko HPTL dapat berdampak secara optimal.
“Kami berharap studi ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk memahami potensi manfaat dan profil risiko HPTL. Namun, agar HTPL dapat dilihat secara holistik, kita perlu mendorong terwujudnya lebih banyak riset klinis yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat. Semua ini harus dilakukan demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan produktif,” kata Irma.