Hadirin yang Dirahmati Allah
Salah satu bentuk sedekah di Bulan Ramadhan yakni memberi makan saat berbuka. Amalan inisangat dianjurkan karena balasannya sangat besar sebesar pahala orang yang diberi makan itu tanpa dikurangi. Bahkan meski hanya mampu memberi sabutir kurma atau seteguk air putih saja. Tapi lebih utama bila dapat memberi makanan yang cuup dan bisa mengenyangkan perutnya.
Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
"Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah).
Hadirin yang dirahmati Allah SWT
Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan pertama pahalanya dilipatgandakan. Hal ini sebagaiman disebutkan dalam hadits berikut:
مَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخُصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَانَ كَمْنَ أَدَّى فَرِيضَةً فِيما سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً كَانَ كَمَنْ أدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ
Latin: Man Taqarraba fiihi bikhushlatin minal khairi kaana kaman adan fariidhotan fiima siwaahu, waman adan fiihi fariidhatan kaana kaman adan sab'iina fariidhotan fiima siwaah.
Artinya: Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan satu kebaikan di bulan ramadhan maka pahalanya sama dengan pahala melakukan perbuatan yang fardhu (wajib) di selain bulan ramadhan. Dan barangsiapa melakukaan satu perbuatan wajib di bulan Ramadhan maka pahalanya sama dengan melakukan 70 perbuatan wajib di selain bulan Ramadhan.
Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan selanjutnya akan mendapat pahala seperti orang yang diberi makan berbuka tanpa dikurangi sedikit pun.
"Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah).
Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan selanjutnya akan dibalas 700 kali lipat.
"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. (HR. Muslim).
Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan berikutnya merupakan amalan utama. Karena itu, manfaatkan momentum Bulan Ramadhan untuk banyak bersedekah.
Dari Anas bin Malik ra yang diriwayatkan secara marfu', "Sedekah yang paling afdhal adalah yang diberikan di bulan Ramadhan." (HR Tirmizy).
Bulan Ramadhan dikenal oleh umat Islam sebagai ‘bulan puasa’ yang memiliki banyak keistimewaan. Bulan ini senantiasa dinanti-nantikan kehadirannya. karena keberkahan dan pengampunan Allah melimpah ruah bersama hadirnya bulan Ramadhan ini.
Dalam sejarahnya, banyak peristiwa besar Islam yang terjadi pada bulan ini. Allah swt telah mewajibkan kepada umat Islam untuk berpuasa di bulan Ramadhan melalui firman-Nya yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Dari ayat tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa puasa telah dilakukan oleh umat terdahulu, bahkan jauh sebelum Islam datang. Selain itu, umat non muslim juga menjalankan ibadah puasa, yang ketentuan, tata cara, dan waktunya berbeda dengan yang ada dalam Islam.
Selain itu banyak hadis-hadis Rasulullah saw yang menjelaskan keutamaan puasa, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Puasa menjadi perisai bagi manusia, aroma mulutnya melebihi aroma minyak kasturi, dan pahalanya berlipat ganda
أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ. وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ. وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي. الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا. (رواه البخاري)
Artinya, "Sungguh Rasulullah saw bersabda, “Puasa merupakan perisai, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah ‘aku sedang berpuasa’ (Nabi mengulangi ucapannya dua kali). Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi, karena dia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya demi Aku (Allah). Puasa itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa.” (HR Al-Bukhari).