Dalam litelatur lainnya, dijelaskan oleh Imam Al-‘Iroqi (806 H) dalam kitabnya “Thorhu Ats-Tsasrib” (4/161) bahwa yang dimaksud menghidupkan malam guna meraih keutamaan malam Lailatul Qodr itu bukanlah dengan menghidupkan sepanjang malam tanpa istirahat. Beliau mengatakan:
لَيْسَ الْمُرَادُ بِقِيَامِ رَمَضَانَ قِيَامُ جَمِيعِ لَيْلِهِ بَلْ يَحْصُلُ ذَلِكَ بِقِيَامٍ يَسِيرٍ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا فِي مُطْلَقِ التَّهَجُّدِ وَبِصَلَاةِ التَّرَاوِيحِ وَرَاءَ الْإِمَامِ كَالْمُعْتَادِ فِي ذَلِكَ وَبِصَلَاةِ الْعِشَاءِ وَالصُّبْحِ فِي جَمَاعَةٍ لِحَدِيثِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ
“Yang dimaksud menghidupkan malam lailatul-qadr bukanlah menghidupkan malam penuh tanpa istirahat. Akan tetapi cukup sebagian kecil malam saja, seperti orang yang bangun untuk sholat tahajud dan sebelumnya telah tidur. Atau juga dengan hanya sholat tarawih bersama Jemaah, atau juga sholat isya dan subuh secara bejamaah,, seperti yang telah dijelaskan dalam hadits ustman bin Affan tersebut.”
Hal yang dianjurkan dalam semua waktu ialah memperbanyak doa, dan dalam bulan Ramadhan hal yang lebih banyak membacanya ialah bila telah mencapai sepuluh terakhir. Kemudian yang lebih banyak lagi ialah di witir-witirnya.
Hal yang disunatkan ialah hendaknya seseorang memperbanyak doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf suka memberi maaf, maka maafkanlah daku.
Wallahu A'lam