Apabila kita perhatikan dari seluruh prosesi perayaan maulid nabi (pembacaan ayat-ayat seci al Qur’an pembacaan sejarah kelahiran, sejarah perjuangan dan akhlak serta keutamaan-keutaman nabi agung Muhammad, mauidhah hasanah dan diakhiri dengan do’a dan sedekah) maka semuanya adalah baik, tidak ada satupun kegiatan yang bertentangan dengan syari’at Islam, tidak ada yang bertentangan dengan al Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah.
Dengan demikian, perayaan maulid nabi masuk dalam dalil umum perintah berbuat kebaikan, firman Allah ta’ala:
وَافْعَلُوا اْلخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Maknanya: “dan perbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapat kemenangan”.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Para ulama menggolongkan perayaan maulid nabi sebagai bid’ah hasanah. Al Hafidz as Suyuthi dalam kitab Husnul Maqshid fi ‘Amali al Maulid menegaskan bahwa peringatan maulid nabi yang terdiri dari pembacaan al Qur’an, membaca riwayat kelahiran nabi, kemudian disediakan makanan untuk yang hadir dan tidak lebih dari itu adalah termasuk bid’ah hasanah, orang yang melakukannya mendapat pahala, karena mengandung unsur pengagungan terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan kegembiraan dengan lahirnya nabi yang mulia.
اَعُوذُ بِاللهِ من الشيطَان الَرجيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا .بَاَرَك اللهُ لي ولَكُمْ فىِ اْلْقُرْأَنِ اْلْعَظِيْمِ ونَفَعِني وإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وِلَكُمْ وِلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوُ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.