Ayat ini penuh dengan kemuliaan. Menggembirakan mereka yang menuntut ilmu. Memecut kembali semangat yang melemah saat sedang malas dan membangkitkan kembali usaha serta kerja keras di dalam mempelajarinya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang membawa dan menyampaikan wahyu Allah kepada seluruh manusia saja, masih dan senantiasa diperintahkan untuk berdoa meminta diberikan tambahan ilmu. Lalu, bagaimana halnya dengan kita yang tentu sangat jauh sekali keutamaan dan kedudukannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?!
Jamaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Ketahuilah bahwa orang yang berilmu selangkah lebih dekat kepada Rabbnya. Allah Ta’ala berfirman,
اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ ࣖ
“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Pada ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa orang berilmu lebih mulia di sisi Allah Ta’ala daripada orang yang tidak berilmu. Dan kedudukan mereka tentu saja lebih tinggi di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Mujadalah, Allah Ta’ala berfirman,