Terkait Gerhana Bulan malam ini, patut kiranya sejenak kita merenungkan pesan Allah dan Baginda Rasulullah saw.
Allah berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 190-191:
إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran:190-191).
Menurut ayat al-Qur’an ini, hanya ulil albaab (orang-orang yang berfikir dengan iman) yang mau merenungi makna gerhana dan mengambil hikmahnya.
Allah Akbar 3X
Gerhana kadang tampak menakutkan. Secara perlahan bulan menjadi gelap sebagian, lalu selama beberapa saat bulan berada pada fase sangat gelap dan kemudian secara perlahan, kembali pada wujudnya cemerlang. Seolah bulan“dimakan” sesuatu yang luar biasa.
Saat cahaya bulan yang awalnya terang, tiba-tiba menjadi gelap, munculah berbagai mitos di berbagai belahan dunia.
1. CHINA, NAGA MURKA
Orang-orang China mempercayai bahwa gerhana bulan terjadi disebabkan kemarahan seekor naga yang berukuran besar sedang murka hingga mampu melahap bulan mentah-mentah. Istilah dalam bahasa China disebutkan sebagai “CHIH ” atau memangsa. Demi menyelamatkan bulan, manusia kemudian membuat semacam keributan di bumi. Tujuannya adalah agar sang naga kembali memuntahkan bulan. Salah satu caranya adalah dengan memukul-mukul alat musik perkusi, membunyikan petasan besar atau apa saja yang serba berisik. Tradisi ini masih dilestarikan hingga sekarang.
2. JEPANG, RACUN PARA DEWA
Bagi orang Jepang, gerhana bulan adalah saat dimana para dewa mulai menebarkan racun hitam pekat ke seluruh penjuru dunia. Saking pekatnya racun tersebut hingga langit malampun menjadi gelap total. Masyarakat Jepang dahulu biasanya langsung mengambil tindakan serentak dengan melindungi sumur-sumur mereka. Menutupi sumber air minum tersebut dengan benda apa saja. Sejumlah laki-laki yang memiliki nyali kemudian berjaga di tepi sumur lengkap dengan samurai hingga gerhana bulan lewat.
3. PRANCIS, SETAN TURUN KE DUNIA
Salah satu rajanya yang bernama Louis (tidak dijelaskan Louis ke berapa) tewas dalam histeria dan ketakutan menyayat. Ini karena disaat dia sedang tidur, mendadak terbangun dalam gulita, terlebih ketika melongok keluar jendela tidak dijumpainya tampilan bulan. Louis tewas setelah sebelumnya berteriak-teriak keras bahwa setan sebentar lagi akan turun ke dunia.
4. JAMAICA, PELAYAN DEWA
Colombus sang penjelajah lautan, Dalam pelayarannya, terdampar di Jamaica karena kapalnya mengalami kerusakan sangat parah. Colombus tahu perbaikan akan menyita banyak tenaga dan waktu di tempat asing tersebut. Anak buahnya yang tak seberapa, tak mungkin hanya fokus memperbaiki kapal saja. Mereka juga harus mencari bahan makanan selama proses perbaikan berlangsung. Hal ini tentu akan makin memperlama keberadaan mereka di Jamaica. Kebetulan sekali gerhana bulan terjadi. Colombus kemudian menggunakan ilmu pengetahuannya untuk membohongi masyarakat.
Colombus berkata pada penduduk lokal bahwa mereka harus segera membantu dirinya dan crew kapal mencarikan makan dan minum sebelum dewa junjungannya marah dan bulan ditelannya bulat-bulat. Semula penduduk tak percaya, namun ketika bulan benar-benar menghilang, penduduk ketakutan. Mereka lantas berduyun-duyun secara sukarela melayani Colombus sang pelayan dewa, hingga kapalnya berhasil kembali berlayar. Lengkap dengan berbagai perbekalan berlimpah.
5. JAWA, RAKSASA “BATHORO KOLO”
Di Jawa, Raksasa BathOro Kolo diyakini sebagai pemangsa balita di tanah Jawa. Ketika gerhana bulan terjadi, buru-buru para laki-laki membunyikan kentongan titir (bersahut-sahutan) mengajak warga untuk waspada. Beberapa sesepuh menghunus keris pusaka dan berjaga di depan rumah, sementara para nenek membantu ibu-ibu muda menyembunyikan balita-balita merek ke dalam gentong atau tempayan. Ada juga yang diletakkan di bawah kolong tempat tidur.