Dalam kitab Adabus Suluk Al-Murid Habib Abdullah Alwi Al-Hadad menyatakan,
وَكُنْ أَيُّحَا الْمُرِيْدُ ـ فِيْ غَايَةِ الْاِعْتِنَاءِ بِإِقَامَةِ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ بِإِتْمَامِ قِيَامِهِنَّ وَقِرَاءَتِحِنَّ وَخُشُوْعِهِنَّ وَرُكُوْعِهِنَّ وَسُجُودِهِنَّ وَسَاءِرِ أَرْكَانِحِنَّ وَسُنَنِحِنَّ وَأَشْعِرْ قَلْبَكَ قَبْلَ الدُّخُوْلِ فِي الصَّلَاةِ عَظَمَةَ مَنْ تُرِيْدُ الْوُقُوْفَ بَيْنَ يَدَيْهِ جَلَّ وَعَلَا.
Artinya : “Jadilah -wahai para murid- dalam puncak perhatian terhadap shalat lima waktu, dengan menyempurnakan berdirinya, bacaan-bacaan, khusyu', ruku dan sujudnya serta seluruh rukun dan sunnahnya. Jadikan hatimu merasakan sebelum mengerjakan shalat, keagungan Dzat yang kau ingin berdiri di hadapan-Nya yang Maha Besar dan Maha Tinggi”.
وَاحْذَرْ أَنَّ تُنَاجِيَ مَلِكَ الْمُلُوْكِ وَجَبَّارِ الْجَبَابِرَةِ بِقَلْبٍ لَاهٍ مُسْتَرْسِلٍ فِي أَوْدِيَةِ الْغَفْلَةِ وَالْوَسَاوِسِ جَاءِلٍ فِي مَيَادِيْنِ الْخَوَاطِرِ وَالْأَفْكَارِ الدُّنيَوِيَّةِ، فَتَسْتَوْجِبَ الْمَقْتَ مِنَاللهِ، وَالطَّرْدَعَنْ بَابِاللهِ.
Artinya : Berhati-hatilah dari memanggil Raja segala raja dan Penguasa segala penguasa dengan hati yang lupa dan lepas dalam lembah kelalaian serta was-was. Berkeliling di medan lintasan-lintasan dan pemikiran dunia. Maka kau akan mendapat murka dari Allah dan akan diusir dari pintu Allah”.
وَقَدْقَلَ عَلَيهِ الصَّلَاةُوَالسَّلَامُ "إِذَاقَامَ الْعَبْدُ إِلَى الصَّلَاةِ أَقْبَلَ اللهُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ فَإِذَا الْتَفَتَ إِلَى وَرَاءِهِ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى:" ابنَ آدَمَ الْتَفَتَّ إِلَى مَن هُوَخَيْرٌ لَهُ مِنِّيْ.
Artinya : Telah bersabda (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam, "Jika seorang hamba mendirikan shalat, maka Allah menghadap kepadanya dengan wajah-Nya (rahmat dan ampunan-Nya). Jika ia berpaling ke belakang, Allah berfirman, 'Wahai anak Adam, kau berpaling pada sesuatu yang lebih baik dari-Ku?'.
فَإِنِ التَفَتَ الثَّا نِيَةَ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ فَإِنْ التَفَتَ الثَّا لِثَةَ أَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ. فَإِذَاكَانَ الْمُلتَفِتُ بِوَجْهِهِ الظَّاهِرِ يُعْرِضُ اللهُ عَنْهُ فَكَيْفَ يَكُوْنُ حَالُ مَنْ يَلْتَفِتُ بِقَلْبِهِ فِي صَلَاتِهِ إِلَى حُظُوْظِ الدُّنْيَا وَزَخَارِفِهَا، وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَى الْأَجْسَامِ وَالظَّوَاهِرِ وَإِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى الْقُلُوْبِ وَالسَّرَاءِرِ.
Artinya : “Jika ia berpaling untuk kedua kalinya, Allah akan menanyakan hal yang sama. Jika ia berpaling untuk yang ketiga kalianya, maka Allah akan berpaling darinya. ”Jika seorang yang berpaling dengan wajah fisiknya saja, menjadikan Allah akan berpaling darinya, lalu bagaimanakah keadaan orang yang berpaling dengan hatinya di dalam shalatnya pada kerendahan dunia dan perhiasannya? Padahal Allah subhanahu wata'ala tidak memandang jasad dan sesuatu yang lahir, tetapi Dia memandang hati dan relung kalbu”.
وَاعْلَمْ أَنَّ رُوْحَ جَمِيْعِ الْعِبَادَاتِ وَمَعْنَاهَا إِنَّمَا هُوَ الحُضُوْرُ مَعَ اللهِ فِيحَا، فَمَنْ خَلَتْ عِبَادَتُهُ عَنِ الحُضُوْرُ، فَعِبَادَتُهُ هَبَاءٌ مَنْثُوْرٌ. وَمَثَلُ الَّذِيْ لَا يَحْضُرُ مَعَ اللهِ فِي عِبَادَتِهِ مَثَلُ الَّذِيْ يُحْدَي إِلَى مَلِكٍ عَظِيمٍ وَصِيْفَةً مَيِّتَةً أَوْ صُنْدُوْقًا فَارِغًا، فَمَا أَجْدَرُهُ بِالْعُقُوْبَةِ وَحِرْمَانِ الْمَثُوْبَةِ.
Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya ruh seluruh ibadah dan maknanya adalah menghadirkan diri bersama Allah di dalamnya. Barangsiapa yang ibadahnya kosong dari penghadiran diri, maka ibadahnya seperti debu berterbangan (tidak bermanfaat). Permisalan orang yang tidak menghadirkan diri bersama Allah dalam ibadahnya, seperti orang yang menghadiahkan dayang yang telah mati atau kotak kosong kepada raja yang agung. Maka betapa baginya untuk menerima hukuman dan diharamkan dari ganjaran”.
Hadirin Rahimakumullah.
Kita harus ada dalam puncak perhatian ketika shalat. Seperti penonton sepakbola yang berada dalam satu fokus pertandingan yang dilihatnya, ‘gol gol gol’, itu puncak perhatiannya. Dalam shalat juga harus dalam puncak perhatian. Maka untuk meraihnya bangkitkan kesadaran hati sebelum memasuki shalat. Jangan sampai qalbu kemana-mana. Bangkitkan kesadaran hati akan Keagungan Dzat Yang Maha segalanya.
Sebelum shalat kosongkan dulu qalbu dan pikiran. Kalau dalam shalat masih memikirkan pekerjaan, nanti shalatnya menjadi tidak fokus. Keluarkan dunia dan makhluk dari dalam hati, maka nanti Allah akan memenuhinya dengan Asma (Nama) dan Sifat Allah Yang Sempurna.