Hadirin Rahimakumullah.
Hati menjadi kotor karena dua hal:
1. Dosa. Lisan yang berbuat dosa tapi yang rusak adalah qalbu.
2. Penyakit hati. Hasad, iri hati, dengki, buruk sangka, dan lainnya.
Shalat adalah tiang agama. Tentu dalam menegakkannya akan mendapatkan tantangan (luar dan dalam). Tantangan luar berasal dari setan atau sahabat, dan dari dalam berasal dari nafsu. Musuh terbesar adalah hawa nafsumu sendiri. Maka agar hadir hati bersama Allah, harus memerangi hawa nafsu sendiri.
Jadikan qalbu sebagai raja, nafsu sebagai tawanannya. Itulah alamat orang tang selamat. Jangan sebaliknya nafsu dijadikan sebagai raja. Nafsu sifatnya tidak mau diatur, maunya bebas. Inilah alamat orang yang akan celaka.
Maka tergantung siapa yang jadi rajanya, qalbu atau nafsu. Kalau nafsunya tidak bisa ditundukkan maka shalatnya ingat kemana-mana. Nafsu itu cenderung kesenangan dunia. Ia menginginkan harta, wanita, kendaraan, perkebunan.
Nafsu itu ibarat singa. Jika sejak kecil anak singa dipelihara, maka besarnya akan tunduk. Kita pun menjadi pawangnya. Untuk menjadi pawang singa butuh bertahun-tahun melatihnya. Nafsu kalau dilatih dan dididik terus maka akan jadi nafsu mutmainnah.
Perkara yang menyebabkan hati mudah khusyu’ dalam shalat adalah:
1. Melatih qalbu dengan muhasabah (intraospeksi) dan muraqabah (merasa diawasi).
2. Jihadun nafsi, berjuang menundukkan nafsu. Oleh karenanya sederhanakan urusan dunia. Lihatlah fasilitas dunia kepada orang yang di bawah. Orang yang berkendaraan mobil melihat yang pakai motor, yang bermotor melihat yang bersepeda, yang bersepeda melihat yang jalan kaki, yang berjalan melihat orang yang pakai kursi roda. Maka kita akan selalu bersyukur.