Di antara kita tentu banyak yang sudah khatam al-Qur"an di sepanjang hidupnya, bahkan mungkin berkali-kali. Di bulan Ramadhan ini, di antara kita tentu ada yang memasang target sekian kali khatam al-Qur"an. Ini adalah bentuk capaian kwantitatif dalam pola interaksi kita dengan al-Qur"an.
Dari sisi kualitatif, dan dalam kapasitas kita selaku orang Indonesia yang mungkin tidak terlalu memahami bahasa Arab, pertanyaan yang layak kita ajukan kepada diri kita sendiri adalah: Sepanjang hidup, sudah berapa kali kita khatam membaca terjemahan al-Qur"an.
Kemudian, sejauh mana pemahaman kita tentang kandungan al-Qur"an. Lalu, sejauh mana tutur kata dan tingkah laku kita, baik yang zhahir maupun yang bathin, dalam segala ranah kehidupan dan profesi yang kita jalani, sudah sesuai dengan tuntunan al-Qur"an yang selalu kita baca, paling tidak di setiap shalat kita.
Akhirnya, sejauh mana shalat kita yang integral atau tidak terpisahkan dari bacaan al-Qur"an itu dapat menjauhkan diri kita dari perbuatan keji dan munkar. Atau jangan-jangan, shalat kita tidak ada bedanya dengan shalatnya orang mabuk, yang komat-kamit tanpa mengerti apa yang diucapkan. Sebagimana tersirat dalam firman Allah SWT dalam Surah an-Nisaa" ayat 43:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ …
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan …