"Membuat senang golongan Islam ekstrimis jelang pemilihan presiden 17 April akan merusak catatan Jokowi sebagai pemimpin moderat," tulis harian tersebut dengan judul "Ba'asyir Seharusnya Tetap Berada di Balik Jeruji."
Namun, pakar politik Islam dari Deakin University di Melbourne mengatakan, Ba'asyir bukanlah lagi sosok dengan ancaman signifikan saat ini.
"Cara terbaik untuk menggambarkan Ba'asyir adalah sosok yang sudah tidak dianggap lagi dan menyedihkan," ujar Professor Greg Burton, kepada ABC News.
"Menyedihkan di sini karena dia tidak lagi memiliki kharisma dan tidak lagi mengendalikan orang-orang."
"Tapi yang terpenting, dia menyedihkan karena sebelumnya sangat terbuka mengajak orang-orang untuk terlibat jihad, tapi menolak bertanggung jawab secara moral," tambahnya.