Dalam paradenya di Kandahar beberapa waktu lalu, Taliban memang dapat mengoperasikan Humvee lapis baja. Namun, kendaraan itu boleh dibilang sudah jarang dipakai Angkatan Darat AS lantaran kurangnya perlindungannya dari bom pinggir jalan.
Taliban juga sah-sah saja memamerkan beberapa peralatan militer baru yang mereka rebut selama berkuasa, termasuk kendaraan perlindungan penyergapan tahan ranjau, helikopter Black Hawk, dan drone pengumpul intelijen.
“Tapi harus diperjelas bahwa Amerika Serikat tidak memberikan peralatan paling mutakhir di dunia kepada Tentara Nasional Afghanistan. Kendaraan ini semuanya telah dilucuti dari elektronik sensitif sebelum diberikan kepada Angkatan Darat Afghanistan atau ditinggalkan oleh pasukan NATO,” ujar Mittal.
Selain itu, kata dia, ada ketidakselarasan antara kemampuan kendaraan tempur tersebut dan jenis operasi yang akan dilakukan Taliban. Sebagai contoh, Taliban telah menghabiskan minggu lalu bertempur di Lembah Panjshir. Meskipun mereka mengklaim telah merebut provinsi itu dari kelompok oposisi, pertempuran kemungkinan akan berlanjut.
“Lereng curam di lembah dan kurangnya jalan membuat penggunaan kendaraan militer berat dan helikopter menjadi beban. Selain itu, para pejuang (oposisi) di Panjshir sudah mengetahui kelemahan kendaraan dan cara memanfaatkannya dengan bom pinggir jalan dan drone,” ucap Mittal.
Persoalan tak cukup sampai di itu. Semua kendaraan militer peninggalan AS itu juga membutuhkan sejumlah besar perawatan—yang kemungkinan besar tidak akan dapat diberikan oleh Taliban bahkan dengan bantuan asing. Pemeliharaannya membutuhkan keahlian teknis dan akses ke alat dan suku cadang khusus.