Heboh Jurnalis Tak Sengaja Dimasukkan Grup para Menteri AS Bahas Perang, Ini Isi Percakapannya

Anton Suhartono
Jeffery Goldberg mengungkap beberapa pesan dalam grup obrolan Signal berisi para menteri dan pejabat tinggi AS lainnya (Foto: AP)

WASHINGTON, iNews.id - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membela diri atas skandal bocornya rencana serangan terhadap kelompok Houthi ke Yaman dengan cara konyol. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Michales Waltz secara tidak sengaja memasukkan Pemimpin Redaksi Majalah The Atlantic Jeffrey Goldberg dalam grump obrolan aplikasi pesan singkat Signal.

Grup berisi Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan (Menhan) Pete Hegseth, Menteri Luar Negeri (Menlu) Marco Rubio, serta beberapa menteri dan pejabat tinggi lainnya itu membahas serangan AS ke Yaman.

Goldberg, dalam artikelnya di The Atlantic, pada Senin lalu mengungkap bahwa dia mengetahui segala pembicaraan dalam grup itu termasuk serangan ke Yaman pada 15 Maret, 2 jam sebelum rencana dieksekusi. 

Dalam komentar terbarunya, Gedung Putih membenarkan soal insiden Signal tersebut, namun membantah ada informasi sensitif yang dibagikan dalam grup.

Presiden Donald Trump juga menegaskan tak ada informasi rahasia terkait skandal ini.

"Kami sudah menyelidikinya. Sejujurnya, ini masalah sederhana. Masalah seperti ini biasa terjadi," ujarnya.

Oleh karena itu Trump tak akan menyalahkan atau menghukum orang yang menyebabkan kehebohan, menuntut permintaan maaf, apalagi sampai melarang penggunaan aplikasi Signal.

Sebelumnya Menhan Hegseth juga membantah dirinya memberikan pesan seputar perang yang akan dilakukan AS di Yaman. Dia juga menuduh Goldberg mengada-ada dan menyebarkan informasi bohong.

Goldberg tak secara rinci menjelaskan isi percakapan dalam grup itu karena akan memiliki konsekuensi hukum, apalagi terkait rahasia militer. Namun dia menegaskan bahwa informasi rahasia masuk dalam percakapan obrolan grup.

“Informasi yang terkandung di dalamnya, jika dibaca oleh musuh Amerika Serikat, mungkin saja bisa digunakan untuk melukai personel militer dan intelijen Amerika,” kata Goldberg, dalam tulisan tersebut.

Dalam artikelnya, dia berbagi soal diskusi antara para pejabat tinggi, termasuk Vance dan Hegseth.

Vance, Hegseth, serta Penasihat Keamanan Dalam Negeri Stephen Miller, kata dia, memperdebatkan waktu serangan dan apakah ada keuntungan ekonomi yang bisa diambil AS dari Eropa sebagai imbalan atas serangan tersebut.

Vance mengungkapkan kekhawatiran bahwa serangan AS ke Yaman tersebut akan lebih menguntungkan perdagangan Eropa di Laut Merah. Seperti diketahui kelompok Houthi menyerang kapal-kapal dagang dan kapal perang yang terkait dengan Israel.

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Internasional
4 jam lalu

Trump: Tak Ada Kekuatan Militer Bisa Kalahkan Angkatan Laut AS!

Internasional
5 jam lalu

Membaca Motif Bantuan China di Balik Jatuhnya Heli dan Jet Tempur AS di Laut China Selatan

Internasional
6 jam lalu

Disindir Trump soal Uji Coba Rudal Nuklir, Ini Respons Pedas Rusia

Internasional
6 jam lalu

Nah, Senator AS Sebut Masa Jabatan Presiden Venezuela Maduro hanya Menghitung Hari

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal