Bukan hanya China, lanjut Evanina, yang berusaha mengganggu pilpres AS. Iran diklaim melakukan disinformasi menggunakan media sosial untuk memecah belah publik dan menghancurkan basis suara Trump. Sementara Rusia ikut campur merusak kampanye calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden.
"Rusia menggunakan serangkaian tindakan untuk merendahkan mantan wakil presiden (Joe Biden) dan apa yang dilihatnya sebagai pembentuk anti-Rusia," lanjut Evanina.
"Ini konsisten dengan kritik publik Moskow terhadapnya ketika dia menjadi wakil presiden karena perannya dalam kebijakan pemerintahan (Barrack) Obama di Ukraina dan dukungannya untuk oposisi anti-Putin di Rusia," katanya.
Evanina, yang mengepalai intelijen memantau ancaman terhadap pemilihan AS, masih belum mau memberikan rincian tentang jenis serangan yang mungkin dilakukan pihak luar pada pesta demokrasi AS.
Peretesan dan kampanye hitam di media sosial oleh tentara siber Rusia pada 2016 diklaim turut berpengaruh pada kemenangan Trump atas lawan politiknya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
"Upaya asing untuk mempengaruhi atau mengganggu pemilu kami adalah ancaman langsung bagi struktur demkorasi kami," pungkasnya.