Selama di penjara, baik sebagai tahanan maupun napi, Syed tak pelit membagi ilmu kepada sesama penghuni hotel prodeo. Bahkan dia memiliki kelas sendiri untuk memberikan motivasi. Murid-muridnya ada yang berusia lebih tua darinya.
Syed mengaku berasal dari keluarga miskin yang tak mampu menyekolahkannya ke jenjang lebih tinggi. Sadar akan kondisi keluarga yang kurang, dia menempuh ujian untuk mengambil beasiswa. Statusnya sebagai tahanan serta napi tak membuatnya mundur untuk bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi.
Wakil pengawas Lembaga Pemasyarakatan Pusat Karachi Saeed Soomro mengatakan, Syed merupakan salah satu dari 1.200 napi yang mengikuti pelajaran. Namun kepintarannya tak tertandingi oleh yang lain.
“Nilainya sama dengan kesuksesan kami,” kata Soomro.
Sementara itu perwakilan ICAP mengatakan, Syed masih harus mengikuti satu tahapan lagi yang tampaknya sudah tak menentukan atau menggeser posisinya.
Beasiswa senilai 1 juta rupee Pakistan atau sekitar Rp83 juta itu diberikan kepada empat peserta dengan nilai tertinggi dalam ujian menengah, terlepas apa status mereka.
Penjara Pakistan termasuk yang ditempati Syed penuh sesak, menampung hampir 6.000 napi di ruang berkapasitas ideal 2.400 orang. Penjara Pakistan secara keseluruhan memiliki kapasitas 130 persen dengan ventilasi buruk, kekurangan tempat tidur, dan akses terbatas ke obat-obatan, air bersih dan fasilitas mandi.