Namun, ribuan mahasiswa, pekerja, dan keluarga Afrika tetap bertahan di Provinsi Hubei saat ada larangan keluar dan masuk daerah tersebut. Beberapa di antara mereka menilai pemerintah mereka seharusnya berbuat lebih banyak untuk menolong.
"Kami adalah putra dan putri Afrika namun Afrika tidak bersedia datang menyelamatkan kami ketika kami sangat memerlukan," kata Tisiliyani Salima, mahasiswa kedokteran dari Universitas Kedokteran Tongji sekaligus ketua persatuan pelajar Zambia di Wuhan.
Hampir sebulan terakhir, Salima mengarantina dirinya sendiri.
Waktu mulai bergulir tanpa arti bagi mahasiswa berusia 24 tahun ini. Dia menghabiskan harinya dengan tidur dan memeriksa berita terkini dari media sosial China.
Dia bertindak sebagai penghubung antara Kedutaan Zambia dan 186 mahasiswa Zambia yang hidup dalam karantina di Wuhan.
Banyak yang khawatir dengan keamanan pangan, pasokan keperluan hidup, dan kurangnya informasi di kota yang pekan ini dilanda rata-rata 100 kematian setiap hari.