KABUL, iNews.id - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dipastikan berada di Uni Emirat Arab (UEA), menyudahi spekulasi soal keberadaannya di saat negara membutuhkan sosok pemimpin di tengah gejolak. Setelah UEA mengonfirmasi keberadaannya, Ghani muncul dalam rekaman video untuk menjawab semua pertanyaan soal keputusannya ke luar negeri.
Dia meninggalkan Afghanistan pada Minggu (15/8/2021) saat Taliban memasuki Kabul. Pejabat di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan saat itu sempat mengonfirmasi Ghani terbang ke Tajikistan untuk alasan keamanan.
"Saya harus keluar dari Afghanistan untuk mencegah pertumpahan darah dan kehancuran di Kabul," kata Ghani, dalam rekaman video.
Dia melanjutkan, kepergiannya hanya membawa barang-barang seadanya. Fokusnya saat itu adalah keamanan karena Taliban sudah berada di Kabul. Seorang pejabat keamanan memperingatkannya saat itu jangan sampai nasibnya sama dengan presiden sebelumnya, Mohammad Najibullah, yang dieksekusi Taliban pada 1996.
"Mereka masuk dari kamar ke kamar untuk mencari saya. keinginan mereka adalah, apa pun yang terjadi 25 tahun lalu akan terulang kembali. Presiden Afghanistan sekali lagi akan digantung di depan mata publik dan sejarah memalukan seperti itu akan terulang kembali," tuturnya, seperti dilaporkan kembali Bloomberg, Kamis (19/8/2021).
Sebelum menjadi presiden pada 2014, Ghani menghabiskan sebagian besar hidupnya mempelajari bagaimana mendorong pertumbuhan di negara-negara miskin. Dia juga ikut menulis buku 'Fixing Failed States: A Framework for Rebuilding a Fractured World'.