OSLO, iNews.id - Penolakan Israel terhadap kunjungan Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Store pada Oktober lalu memunculkan ketegangan diplomatik baru antara kedua negara. Surat kabar Swedia Dagens Naeringsliv hanya menyebutkan alasan penolakan tersebut terkait politik, tanpa memberikan penjelasan rinci.
Namun sejumlah indikator menunjukkan keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilandasi alasan politik yang kian mengemuka dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut laporan Dagens Naeringsliv, Store dijadwalkan berkunjung setelah kesepakatan gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada 10 Oktober. Namun rencana itu langsung mental setelah Netanyahu menolak memberi izin masuk.
Di balik keputusan tersebut, sedikitnya ada tiga alasan utama yang menjelaskan mengapa Israel menolak kedatangan pemimpin Norwegia itu.
1. Pengakuan Palestina oleh Norwegia: Pemicu Utama Ketegangan
Hubungan Israel-Norwegia memburuk tajam setelah Oslo mengakui negara Palestina. Langkah itu dianggap Israel sebagai tindakan “anti-Israel” dan bentuk tekanan politik terhadap Tel Aviv di tengah perang Gaza.
Bagi Netanyahu, pengakuan tersebut bukan sekadar langkah diplomatik, melainkan sinyal bahwa Norwegia tak lagi berada pada posisi netral. Menolak kunjungan Store menjadi pesan tegas bahwa Israel tidak akan memberi ruang bagi negara yang dianggap melemahkan posisi mereka di panggung internasional.
2. Tuduhan Antisemitisme
Penolakan itu terjadi tak lama sebelum Israel menuding Store menunjukkan sikap antisemitisme karena menghadiri peringatan Kristallnacht yang diselenggarakan Pusat Anti-Rasis, bukan acara Komunitas Religius Mosaik yang digelar bersamaan.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel bahkan mengeluarkan pernyataan keras di medi sosial X, menyebut Store memiliki “kerendahan moral, sikap anti-Israel, dan antisemitisme”.
Tuduhan itu ikut memperkuat sentimen negatif di pemerintahan Netanyahu terhadap Norwegia.
Meski Oslo membantah keras, persepsi Israel yang sudah terlanjur negatif membuat kunjungan Store menjadi hal yang tidak diinginkan.