Menurut Dutton, teori yang dipakai dalam kasus ini, pelaku mendapat informasi atau menerima pesan dari ISIS dalam pikirannya tentang apa yang seharusnya dilakukan.
"Ini lebih kepada terinspirasi ketimbang berafiliasi atau menjadi anggota," ujarnya, menjelaskan.
Menurut data Organisasi Keamanan Intelijen Australia (ASIO), paspor Hassan sudah dicabut pada 2015 karena kekhawatiran yang bersangkutan pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Namun saat itu tidak ada indikasi bahwa Hassan mengancam keamanan dalam negeri.
"Polisi tidak memiliki (data) intelijen dalam kaitan bahwa orang ini akan melakukan suatu kejahatan," tambahnya.
Dutton menyampaikan hal ini untuk mengomentari laporan surat kabar Herald Sun hari ini bahwa Hassan memiliki masalah narkoba dan alkohol. Dia juga sudah berpisah dengan keluarganya.
The Age Melbourne, mengutip pernyataan seorang imam, melaporkan, Hassan memiliki masalah kejiwaan. Dia merasa dikejar oleh orang yang tak terlihat dengan tombak.