BEIRUT, iNews.id – Situasi Timur Tengah kian memanas seiring meningkatnya konflik antara Israel dan Lebanon, akhir-akhir ini. Bentrokan yang pada mulanya berlangsung di sekitar perbatasan dua negara antara pasukan zionis melawan kelompok pejuang Hizbullah, kini telah bergerak makin jauh.
Situasi tersebut semakin meningkatkan kekhawatiran akan serangan darat baru Israel di Lebanon. Jika itu terjadi, serangan tersebut bakal menjadi episode terbaru dalam konflik kedua negara yang sudah berlangsung selama beberapa dekade.
Lebanon berjuang bersama negara-negara Arab lainnya melawan negara Israel yang baru berdiri. Sekitar 100.000 warga Palestina yang melarikan diri atau terusir dari kampung halaman mereka di wilayah Palestina yang sebelumnya dikuasai Inggris selama perang, tiba di Lebanon sebagai pengungsi. Lebanon dan Israel menyetujui gencatan senjata pada 1949.
Pasukan komando Israel menghancurkan belasan pesawat penumpang di Bandara Beirut, Lebanon, sebagai tanggapan atas serangan terhadap pesawat Israel oleh para gerilyawan Palestina. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pindah ke Lebanon dua tahun kemudian setelah diusir dari Yordania, yang menyebabkan lebih banyak pertikaian lintas perbatasan kedua negara.
Pasukan khusus Israel yang menyamar menembak mati tiga pemimpin gerilyawan Palestina di Beirut sebagai balasan atas pembunuhan para atlet Israel di Olimpiade Munich 1972, Jerman.
Serangan gerilya Palestina ke Israel dan pembalasan militer Israel terhadap target-target di Lebanon meningkat selama dekade 1970-an, yang menyebabkan banyak warga Lebanon melarikan diri dari selatan negara mereka. Hal tersebut memperburuk ketegangan sektarian di Lebanon, yang memicu dimulainya perang saudara di negeri itu.