VLADIVOSTOK, iNews.id – Turki baru-baru ini mengajukan permohonan untuk menjadi anggota BRICS, kelompok negara berkembang utama yang didirikan Rusia dan China. Saat ini, permohonan Ankara tersebut sedang diproses oleh para anggota BRICS.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Rusia dan China menjadi seteru Amerika Serikat dan para sekutunya di pentas global. Sementara Turki adalah anggota NATO, blok militer yang dipimpin oleh AS.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, BRICS tidak memiliki aturan yang melarang anggota organisasi tertentu memiliki hubungan dengan BRICS. Hal itu dia sampaikan sehubungan dengan peluang masuknya Turki ke dalam BRICS, mengingat keanggotaan Ankara di NATO dan statusnya sebagai kandidat anggot Uni Eropa.
“Mengenai keanggotaan NATO dan status kandidat Uni Eropa, yang telah dimiliki Turki selama hampir 70 tahun, sebagaimana dikatakan seorang pejabat Turki baru-baru ini, BRICS tidak memiliki aturan yang menyatakan bahwa anggota organisasi tertentu tidak dapat memiliki hubungan dengan asosiasi (BRICS) ini,” kata Lavrov dalam wawancara dengan RBC di sela-sela Forum Ekonomi Timur (EEF) di Vladivostok, Rusia, Jumat (6/9/2024).
Sebelumnya, Ajudan Presiden Rusia Yury Ushakov mengonfirmasi bahwa Turki telah mengajukan permohonan untuk berpartisipasi penuh dalam BRICS. Kini, lamaran Ankara itu sedang dipertimbangkan oleh para anggota kelompok itu.