Tutup Jalan Warga di Ciledug dengan Pagar Beton, Ahli Waris Klaim Tak Salah

Hasan Kurniawan
Pagar beton di Ciledug dirobohkan (foto: Hasan/ MNC)

MNC juga sudah mewawancarai tokoh warga Tajur, Agus. Dia mengatakan, awal tetangga Yanti yang dulu sebagai bidan dan kini sudah tidak aktif, mendapat kunci. Katanya, keluarga bidan itu sempat diminta uang jalan sebesar Rp25 juta.

Tetapi saat itu, warga bereaksi dan akhirnya atas keinginan keluarga ahli waris, mereka diberikan kunci pintu gerbang. Sedang dengan keluarga Yanti, tidak diberikan karena tidak mau menjual lagi tanahnya.

"Bidan bisa dan dikasih jalan, karena dimintai Rp25 juta. Tetapi ada pernyataan dari almarhum H Anas (pemilik tanah), jalan dibebaskan. Akhirnya gak bayar. Buyung juga pintar, minta tolong warga, kalau dipagar kita lawan. Akhirnya dikasih jalan," katanya.

Sementara terkait upaya pembelian kembali tanah yang telah dibeli H Munir, ahli waris tidak menepis. Tetapi katanya, permintaan pembelian itu dilakukan karena Munir sempat ingin menjual tanahnya itu.

Dikatakan Herry, luas total tanah 2500 meter persegi dan yang dibeli Munir sebanyak empat bidang seluas 1080 meter persegi. Empat bidang tanah itu meliputi halaman rumah, sampai tengah kolam renang. Jalan yang dipagar tak termasuk bidang itu.

"Jadi itu ada pengumuman tanah akan dijual pakai spanduk, karena dijual kami menawar. Tetapi ketika dia jual ke pihak lain, dia kan belinya yang tanah lelang di dalam empat bidang itu, tapi dia jualnya ke umum termasuk tanah yang di jalan ini," jelas Herry.

Klaim atas jalan itulah yang menurut Herry membuat H Ruli kesal dan tidak mau kecolongan dengan melakukan pemagaran jalan dengan lebar 2,5 meter dan panjang 200 meter dari jalan raya tersebut.

"Tapi waktu kami pagar, kami tetap memberi akses dia lewat. Sampai akhirnya dia kena banjir dan roboh itu, terus dibongkar. Itu bagian belakang tanah saya yang lewat kuburan, itu bisa dipakai kan tidak ada masalah. Jadi itu ada asal muasalnya," ujarnya.

Sedang terkait dengan ancaman golok oleh H Ruli, Herry enggan membeberkan. Menurutnya, peristiwa itu terrjadi saat pagarnya roboh diterjang banjir. Saat itu, Ruli hendak memperbaiki pagarnya yang roboh.

"Untuk memperbaikinya, Pak Ruli datang ke sini, termasuk dengan membawa alat untuk merapihkan. Saat itulah dia bertemu dengan Bu Yanti, ditanyakan dijawab tidak tahu apa-apa. Itu yang bikin kesal. Setelah itu saya tidak tahu lagi," katanya.

Sementara itu, istri almarhum Munir, Hadiyanti yang ditemui disela pembongkaran pagar mengatakan, saat beli lelang, depan jalan yang dipagar itu bertuliskan fasum. Sesuai dengan data dari BPN. Dia membantah, memasukan tanah itu untuk dijual.

"Ya, pernah mau dijual. Tetapi, kita jual karena faktor sertifikat, seluas 1080 meter persegi. Pasti ada jalan gak mungkin gak ada jalan. Disertifikat, di depan jalan itu tulisannya fasum. Itu data BPN," katanya

Editor : Muhammad Fida Ul Haq
Artikel Terkait
Megapolitan
1 bulan lalu

Kebakaran Bengkel di Ciledug Jaksel, Transjakarta Koridor 13 Terganggu!

Megapolitan
1 bulan lalu

Bus Koridor 13 Ciledug-Tendean Terlambat Sore Ini, Transjakarta Minta Maaf

Nasional
1 bulan lalu

TNI Serahkan Santunan ke Ahli Waris 3 Prajurit Gugur saat HUT ke-80, Segini Besarannya

Megapolitan
2 bulan lalu

Indonesia Design Week 2025: Merayakan Kreativitas, Identitas, dan Kolaborasi Global

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal