Trenggono pun menegaskan, bagi Indonesia, CTI-CFF memiliki arti penting dan strategis. Sebagai negara yang berbagi sekitar 65 persen wilayahnya masuk dalam coral triangle area, Indonesia bisa dikatakan sebagai jantung CTI-CFF.
"Indonesia, berbagi potensi dan tantangan yang serupa dengan keseluruhan wilayah Coral Triangle," ujarnya.
Dia juga menekankan peran historis Indonesia dalam inisiatif ini, mengingat negara ini menjadi tempat deklarasi resmi CTI-CFF pada tahun 2009, yang dihadiri enam kepala negara dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. Dalam momen bersejarah tersebut, Indonesia ditetapkan sebagai negara tuan rumah Sekretariat Regional CTI-CFF.
Coral Triangle dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Kawasan ini mencakup perairan enam negara dan menyimpan lebih dari 76 persen spesies terumbu karang dunia, sekitar 600 spesies, serta menjadi habitat bagi lebih dari 2.000 spesies ikan karang. Kawasan ini juga merupakan rumah bagi spesies laut yang terancam punah seperti penyu, hiu karang, dan dugong, serta menjadi penopang kehidupan bagi lebih dari 120 juta orang.
"Laut Indonesia yang sebagian besar berada dalam kawasan segitiga karang mempunyai fungsi strategis, karena memengaruhi iklim dunia dan memiliki keanekaragaman hayati ikan dan biota laut yang sangat melimpah," kata Trenggono.