Untuk mencegahnya, CTI-CFF memberikan edukasi, menjalankan proyek-proyek untuk membantu para nelayan lokal agar benar-benar memahami ada konsekuensi dari tindakan mereka. Dengan begitu, ketika nelayan melaut dan menangkap ikan, mereka melakukannya dengan cara yang tidak merusak habitat ikan. Nelayan pun bisa kembali datang ke kawasan yang sama untuk mendapatkan ikan.
"Hari ini mereka bisa menangkap ikan, minggu depan kembali lagi dan mendapatkan ikan lagi, tahun depan pun masih bisa kembali ke tempat yang sama dan mendapat ikan lagi. Tapi jika tempat itu dirusak, lalu kembali lagi ke lokasi tersebut, mereka tidak akan menemukan ikan karena ikan tidak tinggal di sana lagi. Jadi itulah pekerjaan yang sedang kami lakukan," katanya.
Selain itu, CTI-CFF masih menemukan kasus coral bleaching atau pemutihan terumbu karang yang berdampak signifikan terhadap kesehatan ekosistemnya.
Sementara Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya di acara yang sama juga mengatakan, Indonesia masih menghadapi tantangan di antaranya aktivitas manusia dan eksploitasi yang tidak bertanggung jawab seperti penangkapan ikan berlebih, destructive fishing, pencemaran laut yang disebabkan sampah plastik, serta bencana dan perubahan iklim, yang mengancam keberlanjutan sumber daya laut. Karena itu, dia menekankan pentingnya upaya perlindungan dan pengelolaan yang berkelanjutan.
"Potensi dan tantangan perairan Indonesia memiliki kesamaan dengan kawasan segitiga karang yang memerlukan upaya perlindungan dan pengelolaan yang berkelanjutan," kata Trenggono.