Guruku,
kau ajarkan kami membaca dunia,
bukan hanya dari buku pelajaran,
tetapi juga dari sikap sabarmu,
dari tatap tegasmu saat kami mulai menyerah,
dari senyummu saat kami berhasil memahami.
Engkau pelita di ruang kelas,
yang tak meminta imbalan berlebihan,
cukup melihat kami tumbuh
menjadi manusia yang tak takut jatuh,
karena tahu cara bangkit kembali.
Jika kelak kelas ini hanya tinggal kenangan,
suaramu akan tetap terngiang,
menjadi kompas di tengah kebimbangan,
penuntun saat kami hampir melupakan tujuan.
Puisi ketiga menonjolkan sisi pengorbanan guru yang sering tidak terlihat. Puisi ini cocok sebagai bentuk refleksi dan renungan di Hari Guru.
Judul: Di Balik Kapur yang Luruh
Setiap butir kapur yang luruh,
adalah waktu yang kau dermakan
tanpa banyak kata.
Setiap catatan di buku kami,
adalah sabarmu yang mengalir
hari demi hari, tahun demi tahun.