Senada dengan Ray, Ari Nurcahyo dari Para Syndicate menegaskan bahwa capres alternatif adalah figur yang dapat membuka perspektif bahwa elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas hanya satu variabel dalam penentuan capres.
Ari, sebagaimana mengutip pernyataan Presiden Jokowi, menegaskan bahwa capres 2024 harus bekerja keras untuk dapat menjawab tantangan pembangunan Indonesia ke depan.
Ari menambahkan, konstalasi koalisi partai politik akan ditentukan dengan pemufakatan kandidasi paket capres – cawapres yang diusung. Dalam situasi tersebut, elektabilitas hasil survei hanyalah satu variabel dalam menentukan capres – cawapres, selebihnya adalah otonomi partai dan pemufakatan koalisi.
Lebih jauh, nama–nama capres alternatif masih mungkin dimunculkan karena perlunya upaya untuk memperkuat substansi dan minat publik terhadap pilpres.
Di sisi lain, narasumber dari Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas, memaparkan hasil penelitian Litbang Kompas yang dilakukan pada Januari dan Juni 2022.
Dalam paparannya, nama-nama seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan saat ini masih menjadi tiga besar top of mind di masyarakat untuk capres 2024. Kendati demikian, ada gap yang sangat besar antara popularitas dan elektabilitas tiga nama tersebut.
“Elektabilitas tiga nama tadi mengalami stagnansi. Belum ada satupun capres yang benar-benar memiliki elektabiltas yang sangat tinggi,” ujarnya.
"Dari pertanyaan yang kita ajukan kepada responden, ada ruang elektabilitas sebesar 15% bagi capres alternatif. Jika seperti ini, maka posisi cawapres akan jauh lebih realistis,” ujar Toto.