1. Eks Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin Desak Audit Forensik Sirekap
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, mencurigai adanya kejanggalan dalam hasil pemungutan suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ia mendorong agar dilakukan audit forensik IT terhadap program aplikasi KPU, Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilihan Umum (Sirekap), untuk mencegah tuduhan penggelembungan suarA.
Din mendasarkan dugaannya pada informasi yang beredar mengenai program IT KPU yang diklaim terprogram untuk menggelembungkan suara salah satu pasangan calon (paslon) bernomor urut 2, Prabowo-Gibran.
"Mengajak seluruh rakyat peduli Pemilu Damai, Jujur dan Adil untuk mendesak dilakukannya Audit Forensik IT KPU," kata Din Syamsuddin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (17/2/2024).
Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut menyatakan, jika audit forensik IT KPU terbukti menemukan adanya penggelembungan suara, ia mendesak agar Komisioner KPU RI diganti.
2. Eks Ketua KPU Ilham Saputra Nilai Sirekap Meresahkan Masyarakat
Mantan Ketua KPU Ilham Saputra menyatakan aplikasi Sirekap milik KPU meresahkan masyarakat. Meski demikian, Ilham mengakui aplikasi tersebut tidak dijadikan acuan untuk menghitung hasil resmi Pemilu.
"Sesungguhnya yang digunakan adalah sebetulnya rekap manual untuk dijadikan hasil resmi. Tetapi memang ini meresahkan," kata Ilham kepada iNews Media Group, Jumat (15/2/2024).
3. Direktur Eksekutif Netgrit Hadar Gumay Sebut Peran Sirekap Vital
Direktur Eksekutif Netgrit, Hadar Nafis Gumay menyatakan peran sistem informasi rekapitulasi (Sirekap) sangat penting dalam perhitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Menurutnya, data dari Sirekap nantinya akan dijadikan bahan dalam perhitungan manual KPU.
"Sebetulnya dalam proses pemilu kita untuk melakukan rekapitulasi yang manual secara bertahap itu bahan yang atau draf bahan yang akan dibuka untuk diperiksa bersama itu datangnya dari sirekap," kata Hadar
Dia mengingatkan betapa pentingnya data yang masuk ke dalam Sirekap merupakan hasil yang benar-benar dari perhitungan setiap tempat pemungutan suara (TPS).
"Jadi sedemikian vitalnya sirekap itu sehingga kita harus betul-betul pastikan data-data yang diolah yg dikumpulkan dalam sirekap itu adalah data-data yang tidak menyimpang, data yang betul-betul sesuai dengan hasil hitungan di setiap TPS-nya," ujarnya.