JAKARTA, iNews.id - Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) selalu menjadi perhatian publik. Pasalnya kebijakan atau kepengurusan organisasi Islam terbesar di Indonesia ini penting dalam kemajuan Tanah Air.
Dalam sejarahnya, muktamar NU pertama kali diselenggarakan di Surabaya pada pada 21 Oktober 1926. Pada tahun 1936, muktamar NU di luar Jawa pertama kali diselenggarakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Muktamar NU merupakan Forum permusyawaratan tertinggi NU ini untuk mengevaluasi kinerja kepengurusan, menyusun program baru, dan memilih pengurus untuk periode selanjutnya.
Para peserta muktamar berasal dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU). Status peserta muktamar (muktamirin) terdiri dari tiga jenis yakni peserta, peninjau, dan pengamat.
Tempat penyelenggaraan muktamar terkait NU membantu umat Islam yang mengalami masalah. Misalnya muktamar di Semarang (1929) untuk me pomnyelesaikan perpecahan dalam tubuh Syarikat Islam (SI) menjadi SI putih dan SI merah didominasi kelompok komunis.
Lalu muktamar NU di Pekalongan pada tahun 1930 upaya NU meredam konflik antara penduduk dan etnis Tionghoa.