Mahfud menuturkan, untuk mencapai tujuan masyarakat tanpa kelas, komunisme berada di titik ekstrem dengan menghalalkan segala cara. Adapun salah satunya yakni kekuasaan negara harus direbut dengan jalan revolusi oleh kelompok proletar dan kekuasaan yang dimiliki negara proletariat tak boleh dibatasi.
"Sehingga disebut diktator ploretariat yang dalam sejarah negara di dunia selalu melahirkan penderitaan dan akhirnya runtuh satu demi satu," ucapnya.
Dia menegaskan, radikalisme merupakan suatu yang bertentangan dengan ajaran Islam, dari titik paling prinsipil hingga praktik yang dilakukan. Menurut dia, ajaran Islam meletakkan kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT, sedangkan kebenaran manusia bersifat relatif.
“Oleh karena itu, setiap yang diyakini sebagai kebenaran oleh manusia harus selalu menyisakan ruang untuk melihat dan berdialog dengan kebenaran lain. Hal ini tak berlaku dalam pandangan radikalisme yang berpangkal pada klaim kebenaran tunggal yang ada pada kelompok mereka sendiri," katanya.